
PT Bank BCA Syariah mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 19,5% pada 2024, mencapai Rp183,7 miliar. Kenaikan ini didorong oleh ekspansi pembiayaan yang mencapai Rp10,7 triliun serta peningkatan dana pihak ketiga (DPK) hingga Rp13,2 triliun. Didukung strategi digitalisasi dan manajemen risiko yang kuat, bank syariah anak usaha BCA ini berhasil menjaga rasio pembiayaan bermasalah tetap terkendali, dengan NPF gross di level 1,54%.
Fokus utama
- Pertumbuhan keuangan yang konsisten – Laba bersih naik 19,5% YoY menjadi Rp183,7 miliar, didukung pertumbuhan pembiayaan sebesar 18,9%.
- Ekspansi pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga – Total DPK naik 20,3% menjadi Rp13,2 triliun, dengan CASA mencapai 37,8% dari total DPK.
- Strategi digitalisasi dan penguatan manajemen Risiko – Inovasi layanan dan pengelolaan risiko yang baik berkontribusi pada stabilitas bank.
PT Bank BCA Syariah mencatatkan kinerja keuangan yang solid sepanjang 2024 dengan laba bersih mencapai Rp183,7 miliar, tumbuh 19,5% dibanding tahun sebelumnya yang berada di angka Rp153,8 miliar.
Presiden Direktur BCA Syariah, Yuli Melati Suryaningrum, menegaskan bahwa pertumbuhan ini ditopang oleh ekspansi pembiayaan yang berkualitas serta penerapan teknologi digital dalam layanan perbankan.
“Pertumbuhan yang solid ini didorong oleh kemampuan perusahaan dalam mengakselerasi teknologi dan adaptasi layanan, yang didukung oleh pengelolaan sumber daya manusia dan manajemen risiko yang baik,” ujarnya di Jakarta, Jumat (28/2).
Sementara itu, Direktur BCA Syariah, Pranata, menjelaskan bahwa total pembiayaan yang disalurkan sepanjang 2024 mencapai Rp10,7 triliun, naik 18,9% secara tahunan (YoY). Pertumbuhan ini merata di semua segmen, mulai dari komersial, UMKM, hingga konsumer.
Kinerja aset juga menunjukkan peningkatan dengan pertumbuhan 15% YoY menjadi Rp16,6 triliun. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami lonjakan 20,3% menjadi Rp13,2 triliun, dengan pertumbuhan deposito sebesar 21% menjadi Rp8,19 triliun.
Peningkatan signifikan juga terjadi pada dana murah (CASA) yang tumbuh 19,4% YoY, mencapai Rp5 triliun, dengan komposisi tabungan Rp2,47 triliun dan giro Rp2,51 triliun. “BCA Syariah berhasil menjaga rasio CASA di level 37,8% terhadap total DPK, yang menunjukkan likuiditas yang sehat,” tambah Pranata.
BCA Syariah berhasil menjaga kualitas asetnya dengan rasio Non-Performing Financing (NPF) gross di angka 1,54% pada 2024, sedikit naik dari 1,04% di tahun sebelumnya. Sementara itu, NPF net masih terkendali di 0,33%, dibandingkan dengan 0,01% pada 2023.
Dari sisi efisiensi, rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berada di level 79%. Imbal hasil aset atau Return on Asset (ROA) naik tipis 0,1% menjadi 1,6%, sedangkan Return on Equity (ROE) meningkat 0,8% menjadi 5,9%.
Ke depan, BCA Syariah berencana memperkuat digitalisasi layanan dan memperluas basis nasabah di segmen syariah untuk menjaga momentum pertumbuhan yang positif. ■