Ditopang efisiensi operasional CIMB Niaga catat laba Rp6,83 triliun di 2024

- 20 Februari 2025 - 10:45

PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mencatat laba bersih Rp 6,83 triliun sepanjang 2024, tumbuh 5,42% dibanding tahun sebelumnya. Efisiensi operasional menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan, meski bank menghadapi tekanan akibat meningkatnya beban bunga dan penurunan Net Interest Margin (NIM). Dengan total aset mencapai Rp360,2 triliun, CIMB Niaga mempertahankan posisinya sebagai bank swasta terbesar kedua di Indonesia.


Poin utama:

  1. Laba bersih CIMB Niaga naik 5,42% YoY menjadi Rp6,83 triliun, didorong oleh efisiensi operasional dengan penurunan beban sebesar 2,37%.
  2. Pendapatan bunga bersih turun tipis menjadi Rp13,27 triliun akibat lonjakan beban bunga dari Rp8,95 triliun ke Rp10,96 triliun.
  3. Penyaluran kredit tumbuh 6,9% menjadi Rp228 triliun, didukung oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 10,5% menjadi Rp260,6 triliun.

PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mencatatkan pertumbuhan laba bersih 5,42% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp6,83 triliun pada 2024. Meskipun menghadapi tantangan dari meningkatnya beban bunga, bank berhasil menjaga profitabilitasnya dengan melakukan efisiensi operasional yang signifikan.

Menurut laporan keuangan yang dirilis pada Rabu (20/2), total beban operasional bank turun 2,37% YoY menjadi Rp4,9 triliun. Efisiensi ini menjadi kunci utama dalam menjaga pertumbuhan laba di tengah tekanan margin bunga yang menyusut.

Namun, laba CIMB Niaga tetap mendapat tekanan akibat penurunan pendapatan bunga bersih, yang tercatat turun tipis dari Rp13,35 triliun di 2023 menjadi Rp l13,27 triliun di 2024. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya beban bunga yang melonjak tajam dari Rp8,95 triliun menjadi Rp10,96 triliun.

Sebagai dampak dari peningkatan beban bunga, rasio Net Interest Margin (NIM) CIMB Niaga turun 35 basis poin (bps) menjadi 3,85% pada akhir 2024. Penurunan ini mencerminkan ketatnya persaingan di sektor perbankan, terutama dalam penghimpunan dana pihak ketiga di tengah suku bunga yang masih fluktuatif.

Di sisi lain, CIMB Niaga menunjukkan kinerja positif dalam hal intermediasi. Kredit yang disalurkan mencapai Rp 228 triliun, tumbuh 6,9% YoY. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank meningkat 10,5% menjadi Rp 260,6 triliun.

Mayoritas pertumbuhan DPK berasal dari dana murah (giro dan tabungan) yang naik 14,2% YoY menjadi Rp 172,1 triliun. Dengan komposisi dana murah mencapai 66% dari total DPK, CIMB Niaga mampu menjaga biaya dana tetap kompetitif dibanding pesaingnya.

Dengan total aset sebesar Rp 360,2 triliun per akhir 2024, CIMB Niaga tetap menjadi bank swasta terbesar kedua di Indonesia. Bank ini terus memperkuat posisinya melalui inovasi digital, termasuk pengembangan layanan perbankan berbasis teknologi untuk meningkatkan kenyamanan nasabah.

Ke depan, tantangan bagi CIMB Niaga adalah menjaga pertumbuhan kredit di tengah ketidakpastian ekonomi global dan potensi kenaikan suku bunga. Di sisi lain, strategi efisiensi dan ekspansi digital menjadi kunci untuk mempertahankan profitabilitas.

Pihak CIMB Niaga sebelumnya menegaskan bahwa bank akan terus fokus pada penguatan permodalan, peningkatan layanan digital, serta optimalisasi dana murah untuk menjaga daya saing di industri perbankan nasional. ■

Comments are closed.