
Menjelang Idulfitri 1446 Hijriah, Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang tunai sebesar Rp180,9 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Angka ini turun 1,6% dibanding tahun lalu, seiring dengan meningkatnya adopsi transaksi non-tunai atau cashless. BI juga memperluas layanan penukaran uang dengan berbagai skema untuk memastikan kelancaran distribusi.
Poin utama:
- BI mengalokasikan Rp180,9 triliun untuk penukaran uang saat Idulfitri, turun dari Rp183,8 triliun tahun lalu, sejalan dengan tren digitalisasi transaksi.
- Penukaran uang akan dilakukan melalui tiga jalur: layanan keliling di tempat ibadah, kerja sama dengan perbankan di 4.000 titik, serta bazar Ramadan di kantor BI.
- Untuk menghindari antrean panjang, BI mewajibkan masyarakat mendaftar melalui aplikasi Pintar BI sebelum melakukan penukaran uang.
Seiring dengan meningkatnya penggunaan transaksi digital di masyarakat, Bank Indonesia (BI) mengurangi jumlah uang tunai yang disiapkan untuk penukaran menjelang Idulfitri 1446 Hijriah. Tahun ini, BI hanya mengalokasikan Rp180,9 triliun, turun 1,6% dari tahun lalu yang mencapai Rp183,8 triliun.
“Kami menyesuaikan jumlah uang tunai yang didistribusikan dengan tren meningkatnya akseptasi transaksi non-tunai di masyarakat,” ujar Deputi Gubernur BI Doni Primanto Joewono dI Jakarta, Rabu (19/2).
Dalam program tahunan Semarak Rupiah Ramadan dan Berkah Idulfitri (Serambi), BI memastikan ketersediaan uang tunai tetap mencukupi meskipun jumlahnya dikurangi. Doni mengungkapkan bahwa kebutuhan uang tunai selama Idulfitri mencapai hampir 25% dari total kebutuhan uang sepanjang tahun.
Untuk memastikan kelancaran distribusi, BI membuka tiga jalur penukaran uang:
- Layanan keliling reguler di tempat-tempat ibadah seperti masjid.
- Kolaborasi dengan perbankan di lebih dari 4.000 titik, termasuk 1.200 titik yang dikelola langsung oleh BI.
- Layanan tematik melalui Bazar Ramadan yang diadakan di kantor-kantor BI.
“Dengan skema ini, kami ingin memastikan masyarakat tetap bisa mendapatkan uang tunai yang dibutuhkan dengan cara yang lebih terorganisir,” tambah Doni.
BI juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan aplikasi Pintar BI guna menghindari antrean panjang saat penukaran uang. Aplikasi ini memungkinkan masyarakat memilih lokasi dan jadwal penukaran secara lebih efisien.
“Pendaftaran melalui aplikasi ini wajib dilakukan agar proses penukaran lebih tertata dan nyaman bagi masyarakat,” ujar Doni.
Perubahan pola transaksi
Penurunan alokasi uang tunai ini mencerminkan pergeseran kebiasaan masyarakat yang semakin nyaman dengan transaksi digital. Berdasarkan data BI, penggunaan uang elektronik dan pembayaran digital terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2024, nilai transaksi uang elektronik di Indonesia tumbuh 21,3% secara tahunan, sementara volume transaksi QRIS naik lebih dari 50%.
Perubahan ini didukung oleh meningkatnya jumlah pengguna layanan keuangan digital serta semakin luasnya akseptasi transaksi cashless di sektor ritel. Dengan tren ini, ke depan BI kemungkinan akan terus menyesuaikan kebijakan terkait distribusi uang tunai saat momen besar seperti Idulfitri. ■