Kredit perbankan melambat di Januari 2025, BI yakinkan pertumbuhan tetap stabil

- 19 Februari 2025 - 16:06

Kredit perbankan Indonesia tumbuh 10,27% year on year (yoy) pada Januari 2025, mengalami perlambatan dibandingkan Desember 2024 yang mencapai 10,93%. Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan ini tetap kuat, didorong oleh faktor penawaran dan permintaan. BI juga berkomitmen untuk terus memperkuat kebijakan makroprudensial guna menjaga momentum pertumbuhan kredit yang berkelanjutan.


Poin utama:

  1. Kredit perbankan tumbuh 10,27% (yoy) pada Januari 2025, lebih rendah dari 10,93% di Desember 2024.
  2. Pertumbuhan didorong oleh realokasi alat likuid ke kredit dan permintaan dari sektor korporasi.
  3. BI akan terus menjaga kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendukung ekonomi.

Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa kredit perbankan nasional mencatat pertumbuhan 10,27% secara tahunan (year on year/yoy) pada Januari 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 10,93% (yoy), mencerminkan tren perlambatan meski masih dalam kategori pertumbuhan yang solid.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa meskipun ada perlambatan, fundamental pertumbuhan kredit tetap kuat. “Pada Januari 2025, pertumbuhan kredit mencapai 10,27% (yoy), didorong oleh sisi penawaran dan permintaan,” ungkap Perry di Jakarta, Rabu (19/2).

Dari sisi penawaran, pertumbuhan kredit tetap ditopang oleh beberapa faktor kunci, seperti realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan yang terus berlangsung serta dukungan pendanaan dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih terjaga. Selain itu, likuiditas perbankan tetap solid berkat implementasi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) yang semakin diperkuat oleh BI.

Dari sisi permintaan, sektor korporasi menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit, meskipun konsumsi rumah tangga masih terbatas. Hal ini tercermin dari peningkatan kredit investasi yang tumbuh 13,22% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kredit modal kerja yang tumbuh 8,40% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi meningkat 10,37% (yoy), menunjukkan adanya daya beli masyarakat yang tetap terjaga.

Sementara itu, pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,71% (yoy), sedangkan kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) hanya mencatatkan pertumbuhan 2,88% (yoy), mengindikasikan perlunya dukungan lebih lanjut untuk sektor ini.

Bank Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjaga momentum pertumbuhan kredit melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif. “Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong pertumbuhan kredit melalui berbagai kebijakan yang mendukung ekspansi kredit, sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” tambah Perry.

Dalam konteks makroekonomi, BI juga mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75% guna menjaga stabilitas moneter dan mendorong pertumbuhan kredit yang berkelanjutan.

Meski terjadi perlambatan, optimisme tetap tinggi mengingat stabilitas sektor perbankan dan prospek ekonomi yang masih positif. Tantangan ke depan adalah memastikan bahwa kredit terus mengalir ke sektor-sektor produktif yang dapat memperkuat pemulihan ekonomi nasional. ■

Comments are closed.