Indonesia siap miliki bank emas pertama, Prabowo: “Emas kita jangan mengalir ke luar negeri”

- 17 Februari 2025 - 16:11

Presiden Prabowo Subianto mengumumkan pembentukan Bank Emas Indonesia, yang akan diresmikan pada 26 Februari 2025. Bank ini bertujuan menahan aliran emas nasional ke luar negeri serta mengoptimalkan pemanfaatannya di dalam negeri. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut langkah ini dapat menambah nilai ekonomi hingga Rp50 triliun dalam ekosistem emas Indonesia.


Poin utama:

  1. Bank Emas Indonesia dibentuk untuk mengelola dan menyimpan cadangan emas nasional, mencegah emas mengalir ke luar negeri tanpa kontrol.
  2. OJK menyebut bank ini akan meningkatkan konsumsi emas ritel, mendorong pertumbuhan industri, serta memberi manfaat bagi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat.
  3. Potensi ekonomi dari ekosistem emas diperkirakan mencapai Rp30 triliun-Rp50 triliun melalui peningkatan nilai tambah (value added).

Indonesia akan segera memiliki bank emas (bullion bank) pertama dalam sejarahnya. Presiden Prabowo Subianto mengumumkan rencana ini dalam konferensi pers di Istana Negara, Senin (17/2), dengan target peresmian pada 26 Februari 2025. Langkah ini diambil untuk mengoptimalkan pengelolaan emas nasional dan menekan aliran emas yang selama ini lebih banyak mengalir ke luar negeri.

“Kita akan bentuk bank emas. Selama ini kita tidak punya bank khusus untuk emas kita. Sekarang, kita ingin punya bank sendiri,” ujar Prabowo.

Sebagai salah satu negara penghasil emas terbesar di dunia, Indonesia selama ini belum memiliki mekanisme penyimpanan emas nasional yang kuat. Bank emas ini akan menjadi solusi bagi industri dan masyarakat yang ingin menyimpan emas dengan aman sekaligus mengembangkan ekosistem perdagangan emas dalam negeri.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, mengungkapkan bahwa keberadaan bank emas akan membuka peluang ekonomi baru. Dengan meningkatnya konsumsi emas ritel dan penguatan ekosistem industri, nilai tambah yang dihasilkan bisa mencapai Rp30 triliun hingga Rp50 triliun.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha bulion (emas batangan) dapat meningkatkan nilai tambah dari sumber daya emas kita. Ini akan menguntungkan tiga pihak sekaligus: pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha di sektor emas,” jelas Dian.

Saat ini, industri emas di Indonesia masih didominasi oleh ekspor bahan mentah, tanpa pemanfaatan maksimal di dalam negeri. Keberadaan bank emas diharapkan bisa mengubah pola ini dengan meningkatkan konsumsi emas domestik, memperkuat industri perhiasan, hingga mendorong Indonesia menjadi pemain utama dalam perdagangan emas internasional.

Indonesia saat ini masuk dalam daftar 10 besar negara penghasil emas terbesar dunia, bersama China, Rusia, dan Amerika Serikat. Berdasarkan data World Gold Council, produksi emas Indonesia pada 2023 mencapai lebih dari 100 ton. Namun, mayoritas emas yang ditambang langsung diekspor ke luar negeri tanpa diolah lebih lanjut.

Prabowo menegaskan bahwa pemerintah ingin menjaga cadangan emas nasional agar tidak lagi mudah keluar tanpa kontrol, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi negara.

“Kita ingin memastikan emas kita tidak sekadar ditambang lalu hilang ke luar negeri. Dengan adanya bank emas, kita bisa menyimpan dan mengelola sendiri sumber daya ini untuk kepentingan bangsa,” tambahnya.

Langkah ini juga selaras dengan kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang baru diterbitkan pemerintah. Melalui regulasi ini, ekspor sumber daya alam, termasuk emas, wajib melewati mekanisme yang memastikan dana hasil ekspor tetap berada dalam sistem keuangan Indonesia.

Keberadaan bank emas tidak hanya berdampak pada stabilitas ekonomi, tetapi juga memberikan kemudahan bagi masyarakat dan pelaku usaha. Dengan adanya institusi yang secara khusus mengelola emas, diharapkan akan muncul berbagai layanan baru, seperti penyimpanan emas yang lebih aman, pembiayaan berbasis emas, hingga transaksi emas digital yang lebih mudah diakses.

Selain itu, bank emas juga dapat membuka peluang investasi bagi masyarakat dengan skema yang lebih transparan dan aman. Saat ini, permintaan emas di Indonesia terus meningkat, baik untuk investasi maupun kebutuhan industri.

Dengan semakin kuatnya ekosistem emas nasional, Indonesia berpotensi mengurangi ketergantungan pada pasar luar negeri dan membangun industri yang lebih berdaya saing. ■

Comments are closed.