
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) optimistis total asetnya akan menembus Rp500 triliun pada akhir 2025, didorong oleh pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK), serta ekspansi bisnis digital. Pada 2024, BTN mencatat aset Rp469,61 triliun, naik 7% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini didukung oleh pertumbuhan kredit 7,3% dan DPK 9,1%, seiring dengan upaya BTN memperluas layanan beyond mortgage serta memperkuat lini bisnis digital.
Poin utama:
- BTN mencatat kenaikan aset menjadi Rp469,61 triliun pada 2024 dan menargetkan Rp500 triliun pada 2025. Kredit tumbuh 7,3% yoy menjadi Rp357,97 triliun, didorong oleh segmen KPR Subsidi (Rp173,84 triliun) dan KPR Non-Subsidi (Rp105,95 triliun). Sedangkan kredit bermargin tinggi (KUR, KAR, KRING) tumbuh 13,9% menjadi Rp16,4 triliun.
- DPK naik 9,1% menjadi Rp381,67 triliun, dengan porsi dana murah (CASA) mencapai 54,1%. BTN memperkuat layanan digital melalui aplikasi mobile banking “Bale by BTN”, yang mengalami lonjakan pengguna 107% menjadi 2,2 juta pada akhir 2024.
- BTN Syariah mencatat laba Rp872 miliar (naik 24,2%), pembiayaan Rp44 triliun (naik 18,3%), dan DPK Rp50 triliun (naik 18,7%). Dengan total aset Rp61 triliun, BTN Syariah diproyeksikan menjadi pemain kuat di sektor perbankan syariah setelah spin-off pada 2025.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menargetkan lonjakan aset hingga Rp500 triliun pada akhir 2025. Proyeksi ini didukung oleh pertumbuhan kredit yang solid, peningkatan dana pihak ketiga (DPK), serta ekspansi layanan perbankan digital. Hingga akhir 2024, BTN telah membukukan aset Rp469,61 triliun, tumbuh 7% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp438,75 triliun.
Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menegaskan bahwa meskipun perekonomian nasional masih menghadapi berbagai tantangan, bank tetap optimistis dengan strategi going beyond mortgage yang dikombinasikan dengan digitalisasi. “Optimisme kami juga didorong oleh komitmen pemerintah dalam menyediakan hunian layak melalui Program Tiga Juta Rumah,” ujar Nixon dalam keterangan tertulisnya, Selasa (11/2).
Pertumbuhan aset BTN terutama didorong oleh peningkatan kredit dan pembiayaan. Sepanjang 2024, BTN mencatat total penyaluran kredit sebesar Rp357,97 triliun, naik 7,3% dibandingkan 2023 yang sebesar Rp333,69 triliun.
Segmen KPR masih menjadi motor utama pertumbuhan, dengan rincian sebagai berikut:
- KPR Subsidi: Rp173,84 triliun (naik 7,5% yoy).
- KPR Non-Subsidi: Rp105,95 triliun (naik 10,2% yoy).
- Kredit Bermargin Tinggi (KUR, KAR, KRING): Rp16,4 triliun (naik 13,9% yoy).
Strategi BTN untuk mendorong pertumbuhan kredit antara lain dengan memperluas kerja sama dengan institusi keuangan non-bank untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), meningkatkan layanan payroll untuk Kredit Ringan (KRING), serta mengembangkan program cross-selling bagi nasabah institusi utama BTN dalam produk Kredit Agunan Rumah (KAR).
Likuiditas terjaga, DPK dan CASA meningkat
Di sisi pendanaan, BTN berhasil menghimpun DPK sebesar Rp381,67 triliun pada akhir 2024, tumbuh 9,1% yoy dari Rp349,93 triliun pada 2023. Pertumbuhan DPK ini lebih tinggi dari rata-rata industri yang hanya mencatat kenaikan 4,48% pada periode yang sama.
Peningkatan DPK juga didorong oleh kenaikan dana murah atau current account saving account (CASA), yang kini berkontribusi sebesar 54,1% terhadap total DPK, naik dari 53,7% pada tahun sebelumnya. CASA tumbuh 9,8% yoy, didorong oleh peningkatan transaksi ritel dan institusi menengah melalui kanal digital.
Sebagai bagian dari transformasi digital, BTN juga terus mengembangkan layanan mobile banking. Aplikasi Bale by BTN, yang sebelumnya bernama BTN Mobile, mencatat lonjakan jumlah pengguna hingga 107% yoy menjadi 2,2 juta pengguna pada akhir 2024. Nixon menargetkan angka ini meningkat menjadi 3,6-4 juta pengguna pada 2025.
“Digitalisasi perbankan menjadi fokus utama kami, terutama dalam meningkatkan transaksi dana murah dan memperkuat ekosistem keuangan berbasis digital,” kata Nixon.
Kinerja BTN Syariah jelang spin-off
Menjelang spin-off menjadi Bank Umum Syariah pada 2025, BTN Syariah mencatat pertumbuhan yang impresif. Hingga akhir 2024, BTN Syariah berhasil mencatat:
- Laba bersih: Rp872 miliar (naik 24,2% yoy).
- Penyaluran pembiayaan: Rp44 triliun (naik 18,3% yoy).
- Dana Pihak Ketiga (DPK): Rp50 triliun (naik 18,7% yoy).
- Total aset: Rp61 triliun (naik 11,6% yoy).
Nixon menegaskan bahwa pencapaian ini menjadi modal kuat bagi BTN Syariah untuk bersaing di industri perbankan syariah nasional. “Kami optimistis BTN Syariah akan menjadi pemain utama dalam pembiayaan perumahan berbasis syariah,” pungkasnya.
BTN menatap 2025 dengan optimisme tinggi, menargetkan aset Rp500 triliun melalui pertumbuhan kredit, penguatan likuiditas, dan ekspansi digital. Keberhasilan BTN Syariah dalam memperbesar pangsa pasar juga menjadi bagian dari strategi pertumbuhan jangka panjang perseroan. Dengan fundamental yang kuat dan strategi yang matang, BTN siap menghadapi dinamika industri perbankan di tahun mendatang. ■