
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menargetkan pertumbuhan pembiayaan yang signifikan pada 2025 dengan fokus pada pembiayaan konsumer, khususnya emas, serta pengembangan segmen wholesale. Upaya ini didukung oleh persiapan infrastruktur untuk memperoleh izin sebagai bullion bank, yang akan memperkuat peran BSI dalam ekosistem bisnis emas nasional.
Poin utama:
- BSI mencatat pertumbuhan signifikan dalam pembiayaan emas pada 2024 dan optimistis tren ini berlanjut pada 2025.
- BSI telah mengajukan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjadi bullion bank dan sedang menyiapkan infrastruktur pendukungnya.
- BSI menargetkan peningkatan komposisi segmen wholesale dari 27-28% menjadi 30% pada 2025, dengan memanfaatkan sinergi dengan induk perusahaan.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menatap optimis tahun 2025 dengan strategi ekspansi di berbagai lini pembiayaan. Direktur Keuangan dan Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho, mengungkapkan bahwa salah satu pilar utama pertumbuhan adalah pembiayaan konsumer, khususnya produk pembiayaan emas yang menunjukkan lonjakan signifikan sepanjang 2024.
“Untuk pembiayaan konsumer, seperti pembiayaan emas, memang tumbuh signifikan di BSI tahun 2024. Untuk tahun 2025, kami lebih optimis lagi karena saat ini BSI sedang mengajukan izin untuk menjadi bullion bank,” ujar Cahyo dalam paparan kinerja BSI Kuartal IV secara virtual, Kamis (6/2).
Langkah BSI untuk menjadi bullion bank sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan, yang menekankan pentingnya pembentukan lembaga keuangan yang dapat mengelola komoditas emas secara komprehensif.
Dengan menjadi bullion bank, BSI diharapkan dapat memainkan peran sentral dalam ekosistem bisnis emas di Indonesia, bersanding dengan institusi seperti Pegadaian yang telah lebih dulu mengajukan izin serupa.
Direktur Kepatuhan dan SDM BSI, Tribuana Tunggadewi, menambahkan bahwa proses perizinan sedang berlangsung dan BSI secara paralel menyiapkan infrastruktur pendukung. “Terkait dengan perizinan, BSI memang sudah mengajukan perizinan bullion bank ke OJK, di samping itu juga secara paralel kami menyiapkan semua infrastrukturnya, agar nanti pada saat perizinan itu terbit, kami semua sudah siap dengan infrastruktur,” jelas Tribuana.
Selain fokus pada pembiayaan emas, BSI juga berkomitmen mengembangkan segmen wholesale sebagai salah satu prioritas utama untuk mendorong ekosistem bisnis, terutama melalui layanan payroll. Saat ini, segmen wholesale BSI mencatatkan komposisi sekitar 27-28%, dengan target mencapai 30% pada 2025.
“Kami akan terus tumbuh dengan berkonsolidasi dengan induk kami (BRI, BNI, Bank Mandiri) yang kebetulan merupakan pemain besar di segmen wholesale. Kami beruntung bisa berpartisipasi dalam beberapa transaksi besar dengan nasabah,” tutur Cahyo.
Kinerja positif BSI pada 2024 menjadi modal kuat untuk mencapai target tersebut. Bank ini berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp7,01 triliun, tumbuh 22,83% secara tahunan (year-on-year). Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp278,48 triliun, tumbuh 15,88% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dengan berbagai inisiatif strategis tersebut, BSI berharap dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan sektor keuangan syariah di Indonesia, sekaligus memenuhi kebutuhan nasabah akan produk dan layanan perbankan yang inovatif dan sesuai dengan prinsip syariah. ■