Bank Indonesia memproyeksikan perlambatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di kuartal I-2025, dengan pertumbuhan SBT hanya mencapai 68,8%, jauh lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. Meskipun demikian, optimisme tetap terlihat pada proyeksi pertumbuhan kredit hingga akhir tahun 2025 yang diperkirakan tumbuh 10,34% YoY, meski angka ini masih di bawah target BI sebesar 11-13%.
—‐
3 Poin utama
- Pertumbuhan DPK di kuartal I-2025 diproyeksikan melambat signifikan pada semua instrumen simpanan.
- Proyeksi pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir 2025 hanya 10,34% YoY, di bawah target BI sebesar 11-13%.
- Likuiditas perbankan tetap terjaga dengan rasio AL/DPK tinggi di 25,59% pada akhir 2024, mendukung optimisme kredit.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan perlambatan signifikan dalam penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan pada kuartal I-2025. Berdasarkan survei perbankan BI kuartal IV-2024, pertumbuhan DPK dengan saldo bersih tertimbang (SBT) diperkirakan hanya mencapai 68,8%, menurun tajam dari 89,3% pada kuartal sebelumnya. Penurunan ini terjadi pada semua jenis instrumen, termasuk tabungan, giro, dan deposito.
“Perlambatan pertumbuhan DPK diperkirakan terjadi pada seluruh jenis instrumen,” ungkap laporan BI, Senin (20/1/2025). SBT tabungan merosot dari 93,2% menjadi 63,8%, SBT giro turun dari 85,5% menjadi 73,2%, dan SBT deposito mengalami penurunan dari 88,8% menjadi 80,1% secara triwulanan.
Meski begitu, optimisme tetap hadir. BI memproyeksikan pertumbuhan DPK hingga akhir 2025 mencapai 99,6%, lebih tinggi dari capaian 2024 yang berada di level 89,3%.
Di sisi lain, penyaluran kredit baru pada kuartal I-2025 diperkirakan melambat dengan SBT 82,3%, lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2024 yang mencapai 97,9%. Namun, BI memproyeksikan pertumbuhan kredit hingga akhir 2025 mencapai 10,34% YoY, mendekati realisasi 2024 sebesar 10,39% YoY, meskipun masih di bawah target BI sebesar 11-13%.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menyebut bahwa optimisme terhadap penyaluran kredit didukung oleh prospek ekonomi dan moneter yang kondusif. “Risiko penyaluran kredit tetap terkendali, memungkinkan pertumbuhan kredit yang stabil,” ujar Ramdan.
Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan tercatat tetap tinggi di level 26,89% pada November 2024, sementara rasio alat likuid terhadap DPK berada di angka 25,59%. Ini menunjukkan likuiditas perbankan masih kuat untuk mendukung pertumbuhan kredit.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI pada 15 Januari 2025 menegaskan, “Ketahanan sistem keuangan perbankan nasional tetap terjaga dengan baik, khususnya dari segi likuiditas.”
Meski demikian, tantangan bagi perbankan tidak kecil. Kebijakan penyaluran kredit pada kuartal I-2025 diprediksi akan tetap ketat, terlihat dari Indeks Lending Standard (ILS) yang mencatat nilai positif 0,2. Ketatnya kebijakan ini meliputi plafon kredit, suku bunga kredit, dan premi risiko kredit.
Survei perbankan BI yang telah berlangsung sejak 1999 mencakup 40 bank umum yang mewakili 80% total aset perbankan nasional. Data terbaru ini memberikan gambaran tentang kondisi perbankan menjelang 2025 di tengah dinamika ekonomi global dan domestik. ■