Prabowo Subianto, yang terpilih sebagai presiden Indonesia pada 2024, membawa serangkaian kebijakan ekonomi yang menyasar pada pembangunan sosial dan peningkatan kapasitas ekonomi negara. Dengan program ambisius seperti Makanan Bergizi Gratis senilai US$28 miliar dan paket bantuan sosial Rp827 triliun, pemerintah berfokus pada kesejahteraan masyarakat, meski menghadapi tantangan likuiditas dalam jangka panjang. Keanggotaan Indonesia dalam BRICS serta adopsi AI membuka peluang investasi di sektor-sektor seperti infrastruktur dan pertanian.
Indonesia memasuki era baru pasca pemilu 2024 dengan terpilihnya Prabowo Subianto sebagai presiden. Kepemimpinannya membawa serangkaian kebijakan ekonomi yang tidak hanya berfokus pada pemulihan sosial namun juga memperkuat posisi Indonesia di panggung global. EBC Financial Group mengungkapkan bagaimana kebijakan fiskal yang ambisius mengubah dinamika pasar mata uang, obligasi, dan saham, serta membuka peluang baru bagi investor.
Salah satu kebijakan terbesar yang diperkenalkan adalah program Makanan Bergizi Gratis senilai US$28 miliar, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya bagi anak-anak dan ibu hamil. Meskipun disambut positif karena dampak sosialnya, langkah ini membawa tantangan fiskal besar bagi negara yang diperkirakan dapat menekan likuiditas jangka panjang.
Selain itu, pemerintah juga meluncurkan paket bantuan sosial dengan anggaran Rp827 triliun untuk mengimbangi dampak kenaikan PPN yang mulai berlaku pada 1 Januari 2025. Program ini bertujuan untuk mengurangi beban masyarakat akibat kenaikan pajak, meski diprediksi bakal menambah tekanan likuiditas dalam pasar obligasi Indonesia. Keputusan ini mencerminkan keseimbangan antara kebijakan fiskal dan perlindungan terhadap daya beli masyarakat.
BRICS dan pasar ekuitas Indonesia
Keanggotaan Indonesia yang baru saja disahkan dalam BRICS membuka peluang lebih luas di pasar global. EBC Financial Group mencatat bahwa ini memberikan potensi besar bagi sektor-sektor seperti pertanian, infrastruktur, dan pendidikan yang akan mendapat dorongan signifikan dari adopsi teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI). Investasi di sektor-sektor ini diprediksi tumbuh pesat, beriringan dengan strategi pemerintah yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan dan peningkatan produktivitas.
Salah satu hal yang juga perlu mendapat perhatian adalah bagaimana integrasi kecerdasan buatan (AI) akan merambah ke berbagai sektor di Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Digital Indonesia sedang merancang regulasi yang bertujuan untuk mengatur penggunaan AI, yang diperkirakan dapat meningkatkan efisiensi sektor pertanian, pendidikan, dan infrastruktur. Implementasi AI ini berpotensi memberikan keuntungan besar bagi sektor-sektor ini, baik di pasar domestik maupun internasional.
Berdasarkan analisis terbaru dari EBC, sektor-sektor ini menjanjikan keuntungan dalam jangka panjang, meski ada beberapa risiko eksternal yang harus diwaspadai. Penurunan nilai tukar rupiah dan ketidakpastian ekonomi global menjadi tantangan, namun langkah-langkah intervensi yang dilakukan Bank Indonesia di pasar obligasi diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang. ■