Bank of England (BoE) menegaskan bahwa keputusan terkait peluncuran mata uang digital resmi Inggris atau digital pound baru akan diambil paling cepat dalam dua tahun ke depan. Pengumuman ini memperpanjang ketidakpastian seputar proyek besar yang sebelumnya mendapatkan dukungan dari mantan Perdana Menteri Rishi Sunak.
Dalam sebuah pernyataan resmi, BoE menyebut bahwa mereka sedang bekerja sama dengan Kementerian Keuangan Inggris untuk merancang desain awal digital pound. Proses ini akan mencakup evaluasi perkembangan teknologi dan perubahan lanskap pembayaran global sebelum akhirnya memutuskan kelayakan implementasinya.
“Setelah menyelesaikan fase desain dalam beberapa tahun mendatang, termasuk mempertimbangkan perkembangan dalam sistem pembayaran, Bank dan pemerintah akan menilai dasar kebijakan untuk digital pound dan memutuskan apakah proyek ini akan dilanjutkan,” ujar BoE.
Rencana mata uang digital ini sebenarnya bukan hal baru. Pada 2021, Rishi Sunak sebagai Menteri Keuangan kala itu menggaungkan gagasan digital pound sebagai bagian dari ambisi menjadikan Inggris pusat keuangan global berbasis teknologi. Namun, sejak saat itu, proyek ini terhambat oleh kekhawatiran privasi, potensi penyalahgunaan data, dan dominasi perusahaan teknologi dalam sistem pembayaran.
Gubernur BoE, Andrew Bailey, bahkan secara terbuka menyatakan skeptisismenya terhadap ide ini. “Mata uang digital bukanlah opsi utama saya,” kata Bailey pada Oktober 2024. Namun, ia menambahkan bahwa uang digital mungkin menjadi kebutuhan jika bank-bank Inggris gagal menghadirkan sistem pembayaran yang lebih menarik dibandingkan layanan dari perusahaan teknologi yang kurang diatur.
Pemerintah Inggris sendiri menjanjikan bahwa digital pound akan memberikan privasi yang lebih baik, meskipun tetap dapat dilacak untuk mencegah pencucian uang dan pendanaan terorisme. “Legislasi ini akan melindungi privasi pengguna, memastikan bahwa Bank maupun pemerintah tidak dapat mengakses informasi pribadi ataupun mengontrol bagaimana uang digunakan oleh rumah tangga dan bisnis,” kata BoE dalam dokumennya.
Kekhawatiran privasi dan keamanan
Masalah privasi menjadi fokus utama dalam konsultasi publik yang dilakukan sebelumnya. Banyak pihak khawatir bahwa digital pound akan mengurangi anonimitas yang selama ini menjadi keunggulan uang tunai.
BoE menegaskan bahwa transaksi dengan mata uang digital ini akan mirip dengan pembayaran kartu kredit atau rekening bank yang sudah ada, di mana transaksi mencurigakan tetap dapat dilacak oleh otoritas.
Namun, isu lain seperti ancaman keamanan siber juga tidak bisa diabaikan. Dengan meningkatnya serangan siber terhadap sistem keuangan global, kebutuhan akan infrastruktur teknologi yang kokoh menjadi salah satu tantangan terbesar dalam realisasi digital pound.
Kompetisi global dalam dunia digital
Inggris bukan satu-satunya negara yang mengeksplorasi mata uang digital. China telah meluncurkan yuan digital dengan skala besar, sementara Bank Sentral Eropa sedang mempersiapkan euro digital. Di sisi lain, Amerika Serikat juga tengah melakukan penelitian mendalam terkait potensi dolar digital.
Langkah Inggris untuk memperpanjang waktu pengambilan keputusan menunjukkan kehati-hatian dalam menghadapi perubahan besar ini. Namun, penundaan ini juga menimbulkan pertanyaan: apakah Inggris dapat tetap relevan di tengah persaingan global dalam transformasi sistem keuangan?
Menurut BoE, meskipun keputusan belum diambil, penelitian dan pengembangan yang dilakukan saat ini adalah langkah krusial untuk memastikan bahwa Inggris siap menghadapi tantangan di masa depan. Para ekonom juga menyoroti pentingnya pendekatan yang seimbang agar digital pound tidak hanya menjadi alat pembayaran modern, tetapi juga mampu menjamin kepercayaan publik.
Apakah Inggris akan menjadi pemimpin dalam inovasi finansial ini atau justru tertinggal oleh negara lain? Jawabannya masih menunggu waktu. ■
Sumber: Reuters, CNA.