OJK: “Sektor jasa keuangan 2024 tetap kokoh di tengah ketidakpastian ekonomi global”

- 7 Januari 2025 - 20:04

Di tengah badai ketidakpastian ekonomi global, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa sektor jasa keuangan Indonesia tetap menunjukkan stabilitas yang kokoh.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam konferensi pers daring setelah Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Desember 2024 pada Selasa (7/1).

Stabilitas ini menjadi titik terang di tengah perlambatan ekonomi global yang penuh tantangan. “Hasil dari Rapat Dewan Komisioner untuk Agenda 10 Desember 2024 menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga meski dinamika ekonomi global dan domestik terus berkembang,” ungkap Mahendra.

Optimisme ini tidak datang tanpa alasan. Di tengah inflasi global yang bertahan tinggi dan pertumbuhan yang di bawah ekspektasi, OJK terus mencermati perkembangan ekonomi dan geopolitik di negara-negara besar yang memiliki dampak signifikan pada stabilitas keuangan domestik.

Kondisi ekonomi global saat ini diwarnai oleh beragam tantangan. Di Amerika Serikat (AS), ekonomi dan data ketenagakerjaan tetap solid. Namun, inflasi yang cenderung “sticky” membuat kebijakan moneter menjadi perhatian utama.

Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan, namun mengisyaratkan kebijakan “high for longer” dengan pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) di 2025 yang diperkirakan hanya sebesar 50 basis poin (bps), lebih rendah dari ekspektasi awal pasar di kisaran 75-100 bps.

Selain itu, terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS menambah volatilitas di pasar keuangan. Kebijakan-kebijakan kontroversialnya kerap memicu ketidakpastian global.

Sementara itu, di Tiongkok, pemulihan ekonomi mulai terlihat dari sisi pasokan (supply), tetapi sisi permintaan (demand) masih lesu. Dengan ekonomi yang tergantung pada permintaan domestik dan ekspor, Tiongkok menghadapi tekanan dari perlambatan global. Data terbaru menunjukkan Purchasing Managers’ Index (PMI) Tiongkok mulai pulih, tetapi belum cukup kuat untuk menggerakkan perekonomian secara signifikan.

Stabilitas domestik

Berbeda dengan dinamika global, ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan yang patut diapresiasi. Consumer Price Index (CPI) mencatat tren dis-inflasi, sementara Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur tetap berada di zona ekspansi.

Ekspor Indonesia memang mengalami kontraksi, tetapi pemerintah terus mendorong diversifikasi pasar ekspor. Sektor domestik juga tetap solid berkat peningkatan investasi dan konsumsi masyarakat.

“OJK meminta lembaga jasa keuangan untuk terus memantau faktor-faktor risiko ini secara berkala dan mengukur kemampuan dalam menyerap potensi dampaknya,” tegas Mahendra.

OJK juga memperkuat pengawasan terhadap lembaga keuangan, memastikan mereka memiliki strategi yang tepat untuk menghadapi gejolak eksternal. Stabilitas ini mencerminkan sinergi yang baik antara kebijakan pemerintah dan adaptasi pelaku sektor keuangan.

Optimisme 2025: Mempertahankan momentum positif

Memasuki 2025, OJK tetap optimistis dengan prospek sektor keuangan Indonesia. Meski tantangan global tetap ada, fokus pada penguatan sektor domestik dan pengawasan yang ketat akan menjadi kunci untuk mempertahankan stabilitas.

Dukungan terhadap pelaku usaha, terutama melalui kebijakan fiskal dan moneter yang adaptif, diharapkan mampu memperkuat fundamental ekonomi nasional. ■

Comments are closed.