Cuan Rp50,47 triliun di 2024, BCA buktikan resiliensinya hadapi tantangan ekonomi global

- 24 Desember 2024 - 11:22

Dalam lanskap perbankan Indonesia yang semakin kompetitif, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kembali mencatatkan tonggak sejarah. Hingga November 2024, bank swasta terbesar di Indonesia ini melaporkan laba bersih (bank only) sebesar Rp 50,47 triliun, melesat 14,31% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka fantastis ini menempatkan BCA sebagai salah satu institusi keuangan paling menguntungkan di Asia Tenggara.

Keberhasilan ini tidak hanya menunjukkan resiliensi BCA dalam menghadapi tantangan ekonomi global, tetapi juga mencerminkan strategi bisnis yang terfokus pada pertumbuhan kredit, pengendalian biaya, dan efisiensi operasional. Dalam laporan keuangan yang dirilis Selasa (24/12), laba operasional BCA bahkan mencapai Rp 62,37 triliun, naik 14,69% yoy.

Kinerja positif BCA terutama didukung oleh pertumbuhan kredit yang signifikan. Hingga akhir November 2024, BCA telah menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp 875,78 triliun, naik 15,47% yoy. Pertumbuhan ini secara langsung mendorong total aset bank menjadi Rp 1.415,40 triliun, meningkat 4,50% yoy.

Pendapatan bunga bruto BCA juga melonjak 7,95% yoy menjadi Rp 80,81 triliun, sementara beban bunga berhasil ditekan hingga minus 0,10% yoy ke Rp 10,65 triliun. Kombinasi ini menghasilkan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar Rp 70,15 triliun, naik 9,28% yoy. Selain itu, BCA mencatat pendapatan non-bunga dari komisi, provisi, dan fee sebesar Rp 16,28 triliun, meningkat 7,20% yoy.

“Pertumbuhan kredit dan kontrol biaya adalah fondasi utama kami dalam mencetak laba,” ungkap manajemen BCA dalam keterangan resminya, Senin (23/12).

Efisiensi beban operasional

Keberhasilan BCA tidak hanya terlihat dari sisi pendapatan, tetapi juga efisiensi operasional. Beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) turun 15,42% yoy menjadi Rp 1,72 triliun. Total beban operasional lainnya bersih juga merosot tajam sebesar 20,71% yoy menjadi Rp 7,77 triliun.

Pertumbuhan laba BCA turut ditopang oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), yang mencapai Rp 1.109,45 triliun, naik 3,48% yoy. Rinciannya, giro tumbuh 8,55% yoy menjadi Rp 363,08 triliun, tabungan naik 3,75% yoy menjadi Rp 551,76 triliun, sementara deposito turun 5,45% yoy ke Rp 194,60 triliun.

Dominasi tabungan dan giro (CASA) yang stabil membuktikan keberhasilan BCA dalam menjaga basis pelanggan loyal dan biaya pendanaan rendah, faktor yang semakin penting dalam menghadapi tantangan pasar global.

Tren global dan implikasi masa depan

Kesuksesan BCA mencatatkan rekor ini tidak lepas dari strategi mereka yang responsif terhadap perubahan teknologi dan kebutuhan konsumen. Transformasi digital, penguatan layanan mobile banking, serta fokus pada sektor kredit produktif menjadi kunci dalam meraih pangsa pasar yang lebih luas.

Menurut laporan McKinsey 2024, sektor perbankan di Asia Pasifik diproyeksikan tumbuh 6-8% per tahun, dengan peningkatan signifikan dalam layanan berbasis digital. BCA, yang telah lama menjadi pionir dalam transformasi digital di Indonesia, tampaknya siap memanfaatkan tren ini untuk memperkuat posisi mereka di masa depan.

Dengan hasil kinerja yang luar biasa ini, BCA tidak hanya memperkokoh posisinya di tingkat domestik, tetapi juga berpotensi menjadi pemain utama di tingkat regional. ■


Comments are closed.