Dalam langkah yang dapat merevolusi ekosistem zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) di Indonesia, Bank Syariah Indonesia (BSI) bersama Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) meluncurkan program Deposito Wakaf. Program ini tak hanya menggabungkan instrumen keuangan modern dengan konsep filantropi Islam, tetapi juga memiliki tujuan mulia—memberikan akses pendidikan tinggi bagi generasi muda yang terkendala ekonomi. Dengan dana yang telah terkumpul mencapai Rp 30,2 miliar per November 2024, inisiatif ini menjadi bukti nyata bahwa wakaf bisa menjadi penggerak ekonomi umat yang berkelanjutan.
Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) menghadirkan gebrakan baru di dunia filantropi dengan program Deposito Wakaf. Dalam waktu kurang dari satu jam, program ini berhasil menghimpun dana wakaf hingga Rp 3 miliar, membuka peluang baru bagi siswa-siswi SMA dan santri untuk mengakses pendidikan tinggi meski terkendala finansial.
Wakaf kini melangkah ke era baru. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menggandeng Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) untuk menciptakan program Deposito Wakaf, sebuah inovasi finansial yang menggabungkan investasi perbankan dengan dampak sosial. Melalui program ini, hasil keuntungan deposito digunakan sebagai dana wakaf untuk memberikan beasiswa kepada pelajar SMA dan santri yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di Indonesia.
Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, menjelaskan bahwa program Deposito Wakaf adalah upaya strategis memperkuat ekosistem ZISWAF di Indonesia. “BSI sebagai lokomotif ekonomi syariah memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan kemaslahatan umat, salah satunya lewat instrumen wakaf. Artinya, wakaf ini harus digerakkan agar manfaatnya bergulir,” kata Anton dalam acara peluncuran program ini di Jakarta, Selasa (17/12).
Program ini mendapatkan sambutan luar biasa. Dalam satu sesi penggalangan dana, 12 orang wakif berhasil mengumpulkan Rp 3 miliar. Secara keseluruhan, dana wakaf deposito yang dihimpun BSI telah mencapai Rp 30,2 miliar per November 2024, dengan sebagian besar disalurkan dalam bentuk beasiswa kepada 150 pelajar dan mahasiswa melalui kerja sama dengan BSI Maslahat, Badan Pengelola Bisnis, Investasi, dan Wakaf IPB, serta Lembaga Wakaf MES.
Anton juga menggarisbawahi pentingnya aspek keberlanjutan dalam program ini. Dana yang terkumpul akan terus berkembang melalui investasi deposito wakaf, memungkinkan dampak yang lebih luas. Pada tahap pertama, program ini akan menyediakan 100 paket beasiswa bagi siswa dan santri yang mengalami kesulitan ekonomi. “Program ini difokuskan untuk mereka yang belum mendapatkan bantuan beasiswa dari program lain,” jelas Anton.
Inisiatif ini juga menjadi bagian dari implementasi ESG (Environmental, Social, Governance) BSI. Menurut Anton, langkah ini adalah bukti bahwa wakaf tidak hanya berfungsi sebagai ibadah, tetapi juga memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi umat yang berkelanjutan. “Kami optimis dapat mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas dan memiliki akses pendidikan lebih baik, sehingga dapat turut membangun masa depan Indonesia yang lebih cerah,” tutupnya.
Penelitian dari Thomson Reuters Foundation menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi wakaf yang mencapai Rp180 triliun per tahun, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan program seperti Deposito Wakaf, BSI tidak hanya memperkuat ekosistem ZISWAF, tetapi juga membuka peluang baru untuk mengatasi kesenjangan pendidikan di Indonesia. ■