Bank Jasa Jakarta (Bank Saqu) mencetak performa cemerlang dalam fungsi intermediasinya pada triwulan III 2024, dengan lonjakan penyaluran kredit hingga 67.72% year-on-year (YoY), jauh melampaui pertumbuhan industri perbankan nasional. Namun, di balik pencapaian ini, bank yang tergabung dalam Grup Astra ini menghadapi tantangan profitabilitas akibat tekanan operasional yang meningkat signifikan.
Kinerja intermediasi Bank Saqu per September 2024 menunjukkan momentum pertumbuhan yang kuat, terutama dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Berdasarkan laporan publikasi terbaru, DPK Bank Saqu tumbuh 24.7% YoY menjadi Rp6.21 triliun, didorong oleh kenaikan dana murah (giro dan tabungan) sebesar 40.19% dari Rp714.45 miliar menjadi Rp1 triliun.
Peningkatan kontribusi dana murah terhadap total DPK, dari 14.35% menjadi 16.13%, mencerminkan pengelolaan biaya dana yang semakin efisien. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan agresif pada sisi kredit.
Di bawah kepemimpinan Direktur Utama Leonardo Koesmanto, Bank Saqu berhasil mencatatkan lonjakan penyaluran kredit sebesar 67.72% YoY, dari Rp2.97 triliun menjadi Rp4.98 triliun. Angka ini jauh melampaui rata-rata pertumbuhan kredit industri nasional yang hanya 10.85% pada periode yang sama.
Rasio loan to deposit ratio (LDR) Bank Saqu juga meningkat dari 61.63% menjadi 80.20%, berada dalam rentang ideal 78–92%. Ini menunjukkan likuiditas bank yang sehat, sehingga mampu menyeimbangkan agresivitas kredit dengan kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek.
Tantangan pada Kualitas Aset dan Profitabilitas
Meski mencatat pertumbuhan yang mengesankan, Bank Saqu harus menghadapi kenaikan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross dari 1.63% menjadi 2.31%. Meskipun masih di bawah ambang batas aman 5%, kenaikan ini menunjukkan perlunya penguatan manajemen risiko.
Pada sisi profitabilitas, Bank Saqu mengalami kerugian bersih Rp181.99 miliar, berbalik dari laba bersih Rp47.38 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh lonjakan beban operasional lainnya sebesar 90.79%, dari Rp342.02 miliar menjadi Rp652.53 miliar. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) melonjak tajam dari 89.30% menjadi 134.22%, menekan efisiensi operasional bank.
Pendapatan bunga bersih yang meningkat 8.02% YoY menjadi Rp434.36 miliar juga tergerus oleh kenaikan beban bunga sebesar 30.13% menjadi Rp194.30 miliar. Akibatnya, net interest margin (NIM) turun dari 5.18% menjadi 4.99%.
Di tengah tantangan yang ada, Bank Saqu tetap memiliki fondasi modal yang kuat. Modal inti bank tercatat sebesar Rp6.34 triliun, naik 4.84% dari tahun sebelumnya. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 136.61%, meski turun dari 179.35% pada tahun lalu, tetapi masih jauh di atas ambang batas minimum yang ditetapkan regulator.
Total aset Bank Saqu juga mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 16.26% YoY, mencapai Rp13.06 triliun per akhir September 2024. Dengan likuiditas yang solid dan strategi ekspansi yang terukur, Bank Saqu optimistis mampu mengatasi tantangan profitabilitas di masa depan. ■