Bank-bank kecil perlu segera adopsi teknologi AI agar mampu berkompetisi

- 19 Oktober 2024 - 18:35

Dalam era digital yang semakin maju, bank-bank kecil seperti Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perekonomian Rakyat (BPR), khususnya Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 1 dan 2 dengan modal inti kurang dari Rp6 triliun atau Rp6 triliun hingga Rp14 triliun untuk KBMI 2, dihadapkan pada tantangan besar untuk tetap relevan dan kompetitif.

Teknologi artificial intelligence (AI) menjadi solusi utama yang harus segera diadopsi agar mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar dan harapan nasabah. AI tidak hanya menawarkan peningkatan efisiensi, tetapi juga memungkinkan bank-bank kecil untuk menawarkan layanan yang lebih personal dan responsif.

Menurut Tuhu Nugraha, pakar dan pengamat teknologi yang juga principal dari Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN), Adopsi teknologi AI sebenarnya dapat memberikan benefit yang signifikan bagi BPD dan BPR yang masuk kategori bank kecil a.l. otomatisasi proses operasional yang mengurangi biaya (operation cost), meningkatkan kecepatan layanan, dan meningkatkan keamanan dalam mendeteksi serta mencegah tindakan fraud.

Suasana workshop AI yang digelar digitalbank.id dan IADERN
di salah satu bank BUMN. (Dok. digitalbank.id)

“Selain itu, AI memungkinkan analisis data yang lebih mendalam, sehingga bank bisa lebih memahami kebutuhan nasabah dan menciptakan produk yang lebih relevan dan tepat sasaran,” ujarnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Dia mengatakan hal itu usai penandatanganan MoU antara digitalbank.id dengan IADERN untuk penyelenggaraan workshop teknologi artificial intelligence (AI) perusahaan industri jasa keuangan.

“AI memberikan daya saing baru yang tak terelakkan. Bank-bank besar telah lebih dahulu memanfaatkan AI untuk meningkatkan pengalaman nasabah dan efisiensi operasional, sementara BPD dan BPR masih memiliki peluang besar untuk mengejar ketertinggalan. Dengan adopsi AI, bank-bank kecil dapat bersaing di level yang lebih tinggi, memperluas pasar mereka, dan memperkuat hubungan dengan nasabah lokal.”

Menurut dia, teknologi AI harus sesegera mungkin diadopsi bank-bank kecil. “AI memberikan daya saing baru yang tak terelakkan. Bank-bank besar telah lebih dahulu memanfaatkan AI untuk meningkatkan pengalaman nasabah dan efisiensi operasional, sementara BPD dan BPR masih memiliki peluang besar untuk mengejar ketertinggalan. Dengan adopsi AI, bank-bank kecil dapat bersaing di level yang lebih tinggi, memperluas pasar mereka, dan memperkuat hubungan dengan nasabah lokal,” tutur Tuhu.

Sementara itu founder digitalbank.id Deddy H. Pakpahan mengatakan workshop ini akan menjadi investasi yang sangat berharga bagi BPD dan BPR. “Dengan memahami dan menerapkan teknologi AI, bank-bank kecil dapat meningkatkan daya saing mereka, menjadi lebih efisien, dan siap menghadapi masa depan industri keuangan yang semakin digital,” katanya.

Peserta workshop AI dari satu bank BUMN (Dok. digitalbank.id)

Menurut dia, dalam beberapa tahun terakhir, digitalisasi telah menjadi kebutuhan mendesak di industri perbankan, termasuk bagi BPD dan BPR di Indonesia. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 26 BPD yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Sementara itu, jumlah BPR mencapai lebih dari 1.500 unit.

“Dengan memahami dan menerapkan teknologi AI, bank-bank kecil dapat meningkatkan daya saing mereka, menjadi lebih efisien, dan siap menghadapi masa depan industri keuangan yang semakin digital.”

“Sebagian besar dari BPR dan beberapa BPD dikategorikan sebagai bank kecil dengan aset terbatas, yang menghadapi tantangan besar dalam menjaga daya saing di tengah lanskap perbankan yang semakin digital dan kompetitif,” ujar Deddy.

Saat ini, BPD dan BPR dihadapkan pada perubahan perilaku konsumen yang lebih memilih layanan cepat, efisien, dan digital. Sebagian besar bank besar sudah beralih ke teknologi digital, seperti artificial intelligence (AI), untuk meningkatkan layanan mereka.

“BPD dan BPR yang tidak segera beradaptasi akan tertinggal jauh dalam memberikan pengalaman pelanggan yang memuaskan dan menghadapi risiko kehilangan pangsa pasar, terutama di daerah-daerah yang semakin terhubung secara digital,” tambah Deddy.

Sementara soal AI yang sebagian pihak masih mengatakan ini hanya tren sesaat, Tuhu Nugraha mengatakan adopsi AI bukan hanya soal mengikuti tren, tetapi merupakan kebutuhan strategis bagi BPD dan BPR untuk meningkatkan efisiensi operasional. AI dapat membantu otomatisasi berbagai proses perbankan, mulai dari pemrosesan transaksi hingga manajemen risiko.

“Bank-bank kecil yang selama ini bergantung pada proses manual dapat memangkas waktu dan biaya melalui otomatisasi berbasis AI, memungkinkan mereka untuk bersaing dengan bank besar yang lebih dahulu memanfaatkan teknologi ini,” tukas Tuhu.

Selain itu, AI membantu bank memahami kebutuhan nasabah melalui analisis data yang lebih mendalam, memungkinkan produk yang lebih relevan dan tepat sasaran. Teknologi ini juga bisa mengurangi biaya operasional, membuka peluang bagi bank kecil untuk bersaing dengan bank besar yang sudah lebih dulu memanfaatkan AI.

Lebih lanjut dia mengatakan, AI menawarkan efisiensi operasional dan layanan yang lebih cepat serta personal, sekaligus meningkatkan keamanan dengan deteksi fraud yang lebih akurat.

Selain itu, AI membantu bank memahami kebutuhan nasabah melalui analisis data yang lebih mendalam, memungkinkan produk yang lebih relevan dan tepat sasaran. Teknologi ini juga bisa mengurangi biaya operasional, membuka peluang bagi bank kecil untuk bersaing dengan bank besar yang sudah lebih dulu memanfaatkan AI.

Keunggulan AI dalam deteksi fraud juga menjadi nilai tambah yang sangat relevan bagi BPD dan BPR. Dalam laporan OJK, kasus fraud di sektor perbankan meningkat setiap tahunnya. Dengan implementasi AI, bank dapat mendeteksi transaksi mencurigakan secara real-time, yang akan membantu mengurangi kerugian akibat penipuan. Teknologi ini juga dapat meningkatkan keamanan data nasabah, yang menjadi isu penting dalam era digital.

Khusus mengenai fraud, dalam workshop ini digitalbank.id dan IADERN juga akan menghadirkan pakar yang khusus akan memberikan brief secara teknis bagaimana teknologi AI seperti machine learning dapat dipakai menangkal fraud di industri jasa keuangan.

Selain itu, AI memungkinkan analisis data yang lebih mendalam, memberikan insight yang lebih baik tentang perilaku dan preferensi nasabah. Dengan pemahaman ini, BPD dan BPR dapat mengembangkan produk dan layanan yang lebih relevan dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Hal ini dapat meningkatkan loyalitas nasabah dan memperkuat posisi mereka di pasar yang mereka layani.

Lebih lanjut Deddy mengatakan, saat ini tantangan terbesar bagi BPD dan BPR adalah keterbatasan modal dan sumber daya untuk mengembangkan teknologi baru. Namun, adopsi AI dapat membantu mengatasi keterbatasan ini dengan menawarkan solusi yang lebih hemat biaya dalam jangka panjang. Otomatisasi proses internal dan pengurangan biaya operasional akan membuka peluang bagi bank kecil untuk meningkatkan margin keuntungan mereka tanpa harus mengorbankan kualitas layanan.

“Selain efisiensi operasional, AI juga dapat membantu BPD dan BPR dalam meningkatkan strategi pemasaran mereka. Melalui machine learning, bank dapat mempersonalisasi penawaran produk dan kampanye promosi berdasarkan perilaku nasabah, meningkatkan efektivitas kampanye dan tingkat konversi. Personalisasi ini sangat penting di era di mana nasabah menuntut pengalaman yang lebih spesifik dan relevan,” ujarnya.

Namun, diakuinya, adopsi AI juga membutuhkan kesiapan dari sisi infrastruktur dan sumber daya manusia. BPD dan BPR perlu berinvestasi dalam pelatihan staf untuk memahami cara kerja dan manfaat teknologi AI. Selain itu, infrastruktur digital yang mendukung, seperti koneksi internet yang andal dan sistem keamanan siber yang kuat, perlu disiapkan agar implementasi AI dapat berjalan optimal.

“Selain efisiensi operasional, AI juga dapat membantu BPD dan BPR dalam meningkatkan strategi pemasaran mereka. Melalui machine learning, bank dapat mempersonalisasi penawaran produk dan kampanye promosi berdasarkan perilaku nasabah, meningkatkan efektivitas kampanye dan tingkat konversi. Personalisasi ini sangat penting di era di mana nasabah menuntut pengalaman yang lebih spesifik dan relevan.”

“Workshop ini akan memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana AI dapat menjadi game changer bagi BPD dan BPR. Ini adalah investasi yang tak ternilai bagi bank-bank kecil untuk memahami teknologi yang akan mengubah industri perbankan di masa depan dan memperkuat daya saing mereka dalam era digital yang semakin dinamis,” tutup Deddy. ■

Untuk informasi workshop bisa menghubungi nomor telepon +6287882915126 atau WA di +6281314188319.

Comments are closed.