MESKIPUN Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) telah melego portofolio bisnis ritelnya [kartu kredit] ke Bank Danamon tahun lalu, SCBI tetap melihat bisnis retail banking di Indonesia masih sangat potensial untuk terus digarap.
Rino Donosepoetro, Cluster CEO, Indonesia and ASEAN Markets (Australia, Brunei and The Philippines) Standard Chartered Bank Indonesia, lantaran potensinya yang sangat besar, ke depan Stanchart akan melakukan ekspansi di segmen ini. “Tapi fokus kami adalah masuk ke pinjaman digital,” ujarnya, Kamis (16/5).
Setelah setahun switching dari bisnia konvensional le digital, jumlah nasabah ritel Stanchart melonjak cukup tajam. “Ketika masih konvensional, kami memasarkan kredit tanpa agunan (KTA) pakai direct sales di mall-mall, lewat SMS, dan pameran. Tapi, nasabah kami dulu hanya 300.000- 400.000 saja, sekarang sudah 1,4 juta nasabah,” katanya.
Stanchart, kata dia, tahun lalu menjual bisnis kartu kredit, personal loan ke Bank Danamon. “Tapi bukan berarti kami keluar. Kami alihkan, fokus strategi melalui digital loan,” ujarnya.
Bank Danamon membeli bisnis konsumer Standard Chartered Indonesia dengan pertimbangan sejalan dengan strategi pengembangan bisnis ritel dan manajemen risiko internal. Total nilai transaksi pembelian consumer loan dari Standard Chartered Indonesia mencapai lebih dari Rp 1 triliun.
Saat ini bisnis ritel digital ini digarap Standard Chartered Indonesia dengan mekanisme kolaborasi atau channeling dengan platform digital lending atau fintech peer-to-peer lending. Skema ini membuat penyaluran kredit yang dilakukan lebih efisien. Meski dilakukan secara channeling, kata dia, nasabah mitra channeling tersebut tetap masuk dalam pembukuan Standard Chartered.
Perubahan strategi ini telah memberikan hasil yang menjanjikan, dengan digital loan balance perusahaan meningkat empat kali lipat pada tahun 2023. Proyeksinya menunjukkan pertumbuhan sebesar empat kali lipat lagi pada tahun ini. Basis klien ritel mereka juga mengalami peningkatan tiga kali lipat dalam 12 bulan terakhir menjadi lebih dari 1 juta klien, dengan prediksi peningkatan dua kali lipat pada tahun ini.
Sementara di segmen affluent, Standard Chartered akan terus mengembangkan bisnis Priority Banking dan Wealth Management melalui inovasi produk dan peningkatan layanan yang berfokus pada klien.
Lebih lanjut dia mengatakan, besaran transaksi harian untuk pinjaman digital perseroan naik secara signifikan hingga mendekati US$1 juta per hari. Tahun ini, Standard Chartered Indonesia menargetkan portofolio kredit ritel digital ini akan kembali meningkat tinggi, yakni sekitar empat kali lipat dari akhir 2023.
“Standard Chartered juga telah menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan fintech dan akan mengumumkan nama-nama tersebut dalam waktu dekat,” tuturnya. ■