PT Bank DBS Indonesia mengumumkan berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp1,69 triliun atau melesat 87,83% dibandingkan perolehan laba bersih tahun 2023.
Presiden Direktur Bank DBS Indonesia Lim Chu Chong mengatakan, tahun 2023 merupakan tahun yang penuh tantangan seperti adanya faktor geopolitik, masa pra-pemilu, dan juga rangkaian kebijakan finansial yang memengaruhi berbagai kondisi ekonomi di Indonesia.
“Namun demikian, Bank DBS Indonesia berhasil meningkatkan efisiensi perusahaan dan volume bisnis secara keseluruhan. Hal ini ditunjang oleh pengambilan langkah-langkah strategis yang tepat untuk mengembangkan berbagai produk dan layanan serta mencerminkan keputusan investasi strategis Bank dan responsivitas terhadap dinamika pasar. Dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, Bank DBS Indonesia berkomitmen untuk menjaga kesehatan likuiditasnya, termasuk memantau arah dan proyeksi kebijakan suku bunga,” ujarnya, Rabu (27/3).
Menurut dia, perolehan ini utamanya didukung keberhasilan perusahaan meningkatkan volume bisnis secara keseluruhan. Atas laba bersih tersebut, return on equity (ROE) meningkat signifikan dari 9,94% menjadi 15,94% pada 2023. Sedangkan return on assets (ROA) meningkat dari 1,21% menjadi 2,06% pada 2023.
Bank DBS Indonesia menyatakan peningkatan laba mencerminkan kinerja keuangan yang kuat, serta manajemen aset dan modal yang efisien. Peningkatan yang memuaskan tersebut terutama didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya.
Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) meningkat 21,74% menjadi Rp 5,06 triliun pada 2023. Sejalan dengan peningkatan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) sebesar 79 basis poin menjadi 6,02% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,23%.
Peningkatan margin bunga bersih ini merupakan hasil dari upaya Bank DBS Indonesia dalam menerapkan kebijakan strategisnya, khususnya dalam manajemen likuiditas yang berhati-hati di tengah kondisi pasar yang berubah.
Sementara pendapatan operasional lainnya juga mengalami kenaikan sebesar 54,79% mencapai Rp 1,76 triliun pada tahun 2023, dibandingkan dengan Rp1,14 triliun pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan pendapatan dari aktivitas investasi efek dan obligasi pemerintah, yang meningkat menjadi Rp 1 triliun pada tahun 2023 dari Rp 278,55 miliar pada tahun sebelumnya. ■