Asia Tenggara menjadi salah satu kawasan dengan pertumbuhan ekonomi digital paling cepat di dunia dengan nilai pasar mencapai US$218 miliar pada 2023 dan diperkirakan akan tumbuh menembus US$600 miliar pada akhir dekade ini, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata (CAGR) sebesar 16%.
Mengantisipasi perkembangan ekonomi digital yang sangat dinamis di kawasan inu, Bank HSBC resmi mengumumkan ASEAN Growth Fund senilai US$ 1 miliar.
“Dana itu akan dipergunakan untuk mengakselerasi ekspansi perusahaan digital di kawasan Asia tenggara (ASEAN) yang tumbuh pesat. Kami sangat antusias dengan berkembangnya ekonomi digital di ASEAN, termasuk Indonesia,” ujar Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt di Jakarta, Kamis (28/3).
Menurut dia, nilai ekonomi digital yang diperkirakan mencapai US$ 360 miliar pada 2030, Indonesia akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi digital di kawasan ASEAN.
“Kami dengan bangga meluncurkan HSBC ASEAN Growth Fund dan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan digital untuk mendukung memperluas ekspansi bisnis mereka di kawasan ASEAN dan sekitarnya,” kata Francois.
Survei terbaru HSBC terhadap 600 perusahaan yang beroperasi di Asia Tenggara menunjukkan bahwa digitalisasi operasional adalah prioritas utama pebisnis, yang dipilih oleh 42% responden. Diikuti oleh pertumbuhan di Asia Tenggara (40%) dan riset dan pengembangan (37%).
Investasi digital juga merupakan strategi bisnis utama bagi perusahaan di Indonesia, sebelum melakukan ekspansi ke pasar-pasar baru di ASEAN. Hampir sembilan dari 10 (89%) memperkirakan perdagangan intra-ASEAN akan meningkat pada tahun 2024, dengan 32% memperkirakan peningkatan lebih dari 30%.
Survei tersebut juga menemukan bahwa delapan dari 10 (81%) perusahaan di Indonesia berencana untuk berinvestasi lebih banyak di ASEAN. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan 52% yang berniat meningkatkan investasinya di luar ASEAN.
HSBC ASEAN Growth Fund akan fokus pada perusahaan-perusahaan yang mengincar ekspansi ke pasar Asia Tenggara. Pendanaan ini mendukung perusahaan di sektor ekonomi baru (new economy), korporasi dan lembaga keuangan non-bank dengan pertimbangan metrik operasional bisnis terkait portofolio aset generatif arus kas perusahaan, dibandingkan hanya berpatokan pada metrik keuangan tradisional.
“HSBC punya sejarah panjang di Indonesia dalam mendukung pebisnis dan dunia usaha untuk berkembang pesat. Peluncuran pendanaan terbaru ini memungkinkan kami untuk lebih mendukung perusahaan-perusahaan ekonomi baru (new economy) di Indonesia dan ASEAN, termasuk startup maupun perusahaan yang sedang berkembang, seiring dengan ekspansi mereka ke ASEAN dan akselerasi siklus bisnis,” demikian Francois.
Managing Director Wholesale Banking HSBC Riko Tasmaya Indonesia menuturkan, adopsi digital yang cepat di ASEAN berarti dunia usaha semakin membutuhkan mitra perbankan digital yang mampu untuk mendukung pertumbuhan mereka.
Perusahaan menginginkan solusi perdagangan dan pembayaran yang nyaman dan mudah digunakan, sehingga dapat memberikan lebih banyak waktu bagi pebisnis untuk fokus pada strategi dan ekspansi.
“Tidak hanya itu, mitra perbankan harus sepenuhnya memahami peraturan dan budaya yang berbeda, serta menggunakan keahlian yang mumpuni untuk merumuskan solusi yang optimal, selain juga mampu memenuhi kebutuhan mendasar strategi pertumbuhan lintas negara untuk memastikan keberhasilan ekspansi bisnis, baik itu di ASEAN atau di sekitarnya,” katanya. ■