PT Bank Maybank Indonesia, Tbk. (Maybank Indonesia atau Bank) mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasian yang berakhir pada 31 Desember 2023 dengan Laba Sebelum Pajak (PBT) sebesar Rp2,35 triliun, naik 15,4% dari Rp2,04 triliun tahun sebelumnya. Laba setelah Pajak & Kepentingan NonPengendali (PATAMI) naik 18,5% menjadi Rp1,74 triliun dari Rp1,47 triliun.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan Maybank Indonesia telah mencatatkan kinerja keuangan positif pada tahun 2023, didukung oleh pertumbuhan aset Bank secara berkelanjutan dan pendapatan yang lebih baik.
“Perekonomian Indonesia di sepanjang tahun 2023 terus bergerak ke arah positif dengan prospek pasar yang stabil didukung oleh permintaan pasar domestik terhadap barang dan jasa yang terus menguat. Di lain sisi, kami juga secara aktif meningkatkan sistem dan proses kerja agar dapat lebih tanggap dalam merespon kebutuhan, peluang, dan tantangan yang terus berkembang. Faktor-faktor tersebut telah mendukung kami dalam mendorong pertumbuhan portofolio kredit, dan di saat yang sama memperkuat fundamental untuk keberlangsungan bisnis dalam jangka panjang,” ujarnya, Selasa (27/2).
Dia mengatakan Maybank berkomitmen untuk mengimplementasikan strategi pengembangan Bank melalui Strategic Program SP7 yang merupakan bagian dari strategi M25+ Maybank Group.
“SP7 meliputi inisiatif prioritas Maybank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan nasabah dengan melibatkan pendekatan customercentric disertai segmentasi yang tepat sasaran, mendorong digitalisasi pada segmen UKM serta memperluas partisipasi Bank ke dalam ekosistem digital melalui layanan Bank-as-Service,” katanya.
Selain itu, SP7 juga mencakup peningkatan produktivitas melalui optimalisasi cabang, penguatan sinergi antar entitas Maybank di Indonesia sebagai ‘One-Maybank go to Market’ dan akselerasi solusi Shariah Wealth untuk membangun diferensiasi serta pengembangan bisnis Bank.
Sementara Presiden Komisaris Maybank Indonesia, Dato’ Khairussaleh Ramli mengatakan Maybank Indonesia telah menorehkan prestasi yang membanggakan. Pencapaian ini tercermin dari peningkatan kinerja Bank sepanjang tahun 2023 pada seluruh portofolio bisnisnya.
“Indonesia merupakan salah satu pasar utama Maybank Group, yang kami fokuskan untuk terus berkembang sesuai arahan dalam strategi M25+. Seiring dengan upaya Maybank Group untuk memperkuat fondasi bisnis di kawasan ASEAN, kami berkomitmen untuk menyediakan dukungan bagi bisnis kami di Indonesia untuk terus berkembang dan memperkuat pasar dalam negeri,” katanya.
Melalui fokus pengembangan tersebut, lanjut Dato’ Khairussaleh Ramli, Maybank berupaya untuk merespon berbagai kebutuhan nasabah dengan mengidentifikasi potensi pertumbuhan di seluruh segmen bisnis, sejalan dengan aspirasi Maybank Group untuk menjadi bank pilihan di kawasan ASEAN.”
Pencapaian laba bersih Maybank ditopang pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang naik 3,7% menjadi Rp7,23 triliun, didukung oleh imbal hasil aset yang lebih tinggi serta pendapatan terhadap komposisi aset yang membaik.
Alhasil margin bunga bersih (net interest margin/NIM) ikut meningkat 7 bps menjadi 5,0% meskipun biaya simpanan meningkat, seiring dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) sepanjang tahun.
Pendapatan fee-based Maybank juga naik 15,6% menjadi Rp2,03 triliun dari Rp 1,76 triliun tahun sebelumnya sehubungan dengan pendapatan fee transaksi Global Markets (GM) yang tumbuh 33,6% menjadi Rp 181 miliar dari Rp 136 miliar.
Sementara itu pendapatan fee selain Global Markets yang naik 14,1% menjadi Rp 1,85 triliun dari Rp 1,62 triliun, ditopang oleh pendapatan fee atas asset recovery yang meningkat lebih dari 5 (lima) kali lipat, fee bisnis kartu kredit yang meningkat 22,8% dan fee terkait pembiayaan otomotif roda dua yang tumbuh 5,2%.
Dari sisi intermediasi, total kredit Maybank yang disalurkan mencapai Rp 116 triliun pada tahun 2023, tumbuh 7,6% dari Rp 107,82 triliun tahun sebelumnya seiring dengan iklim bisnis yang stabil dan daya beli masyarakat yang menguat di sepanjang tahun 2023.
Dalam rinciannya, segmen kredit ritel dan non-ritel yang dikelola melalui Community Financial Services (CFS), tumbuh 10,6% menjadi Rp 74,28 triliun dari Rp 67,17 triliun tahun sebelumnya.
Sementara Kredit CFS Ritel tumbuh 11,5% menjadi Rp 43,47 triliun dari Rp 38,99 triliun, ditopang oleh kredit otomotif anak perusahaan yang tumbuh 18,8%, kartu kredit dan KTA yang tumbuh 20,3%, serta KPR yang terus tumbuh sebesar 1,3% YoY.
Kredit CFS Non-ritel juga meningkat 9,3% menjadi Rp 30,81 triliun dari Rp 28,18 triliun didukung oleh pertumbuhan yang signifikan pada kredit Business Banking sebesar 12,8% menjadi Rp 11,80 triliun dari Rp 10,47 triliun tahun lalu. Adapun kredit Business Banking juga tumbuh 11,6% secara kuartal (quarter on qurter/QoQ).
Lebih lanjut, kredit Retail Small and Medium Enterprises (RSME) tumbuh 9,7% menjadi Rp 13,88 triliun dari Rp 12,65 triliun dan kredit Small-Medium Enterprises (SME+) yang juga tumbuh 1,6% YoY.
Kredit Global Banking tumbuh 2,6% menjadi Rp 41,72 triliun dari Rp 40,65 triliun didukung oleh penyaluran kredit yang membaik, khususnya Financial Institutions Group (FIG) yang tercatat naik 87,9% YoY. Kredit Global Banking juga mencatat pertumbuhan sebesar 2,5% QoQ.
Sejalan dengan peningkatan kredit, Kualitas aset Bank membaik berkat upaya pengawasan dan pemantauan serta pengendalian kredit yang terus dilakukan oleh Bank, diiringi iklim bisnis yang lebih baik.
Pendapatan Operasional setelah Pencadangan naik 14,2% sehubungan dengan menurunnya pencadangan (CKPN) sebesar 11,9%. Saldo NPL kredit turun 9,8%.
Bank mencatat rasio Non-Performing Loan (NPL) membaik menjadi 2,9% (gross) dan 1,9% (net) pada Desember 2023 dari 3,5% (gross) dan 2,3% (net) pada Desember 2022.
Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 9,3% menjadi Rp115,50 triliun dari Rp105,71 triliun tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya dana murah (CASA) sebesar 8,6% dan Deposito Berjangka sebesar 10,0%.
Peningkatan CASA ditopang oleh Giro yang tumbuh 10,2% dan Tabungan yang meningkat 6,1%. dan pertumbuhan ini berjalan selaras dengan strategi Bank untuk mengoptimalkan dana murah.
Deposito Berjangka juga tumbuh 10,0% seiring dengan tren peningkatan sejak semester pertama tahun 2023. Rasio CASA relatif stabil pada 51,1% dibandingkan dengan 51,4% tahun sebelumnya.
Per Desember 2023, rasio Loan to Deposit (LDR) berada pada level 96,3% dan Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada pada level yang sehat sebesar 210,2%, jauh di atas ketentuan regulator sebesar 100%.
Rasio Kecukupan Modal (CAR) tetap kuat sebesar 27,7% pada Desember 2023 dengan total modal tercatat sebesar Rp29,84 triliun pada akhir Desember 2023. ■