PT BANK SYARIAH INDONESIA TBK. (BRIS) atau BSI mengumumkan telah mengantongi laba bersih Rp4,20 triliun sampai dengan kuartal III-2023 atau tumbuh 31,04% dibandingkan laba bersih kuartal III-2022 sebesar Rp3,21 triliun.
Dari laporan keuangan BSI diketahui bahwa perolehan laba bersih didukung kemampuan perusahaan yang semakin efisien dari sisi operasional. Tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang susut dari 74,02% pada kuartal III-2022 menjadi 71,43% di kuartal III-2023.
Perusahaan juga membuktikan lebih mampu mengelola seluruh aset produktifnya untuk menciptakan penghasilan bersih yang lebih tinggi, ditandai net operating margin (NOM) yang naik dari sebesar 2,29% menjadi 2,57%. Meski demikian net imbal (NI) bergerak menyusut dari 6,22% menjadi 5,93%.
Baca juga: Bank BSI prediksi kinerjanya akan makin solid di tahun 2024
Pendapatan penyaluran dana BSI tercatat mencapai Rp17,17 triliun atau naik 15,09% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III-2023. Di sisi lain, pendapatan hasil untuk pemilik dana investasi melambung lebih tinggi yakni 49,08% (yoy) menjadi Rp4,29 triliun. Pendapatan setelah distribusi bagi hasil hanya tumbuh 6,95% (yoy) menjadi Rp12,87 triliun. Hasil tersebut kemudian didukung perolehan komisi/provisi/fee dan administrasi yang dicetak sampai dengan September 2023 senilai Rp1,25 triliun, naik tipis 4,92% (yoy).
Sebelumnya, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, melesatnya laba BSI selama 2023 tak terlepas dari dua faktor krusial yang mendorong pertumbuhan perusahaan. Pertama, pertumbuhan pembiayaan yang berkualitas. Kedua, dana pihak ketiga (DPK) yang bergerak positif. Dua faktor tersebut menghasilkan sejumlah kebijakan BSI yang meliputi keseimbangan komposisi rasio keuangan, posisi dana yang kuat, dan kualitas pembiayaan yang baik.
“BSI optimis hingga akhir tahun, pertumbuhan bisnis kami akan tumbuh double digit,” ujarnya, pertengahan September 2023 lalu.
Perusahaan berhasil menahan laju beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) dengan penurunan sebesar 9,16% (yoy) menjadi Rp2,28 triliun. BSI juga mencatat penurunan total beban operasional lainnya sebesar 4,34% (yoy) menjadi Rp7,28 triliun. Pada kuartal III-2023, perusahaan bersandi BRIS ini lebih banyak mencatatkan peningkatan pada pos beban tenaga kerja dan promosi.
Baca juga: Transaksi BSI Mobile tembus 140 juta transaksi per Mei 2023!
Masih mengacu pada laporang keuangan yang dipublikasikan, jumlah piutang, pembiayaan bagi hasil, dan pembiayaan sewa BSI hanya tumbuh 0,90% (yoy) menjadi Rp 201,06 triliun. Penurunan utamanya dicatatkan pos piutang sebesar 10,95% (yoy) menjadi Rp114,49 triliun.
Sedangkan pembiayaan bagi hasil tumbuh 20,70% menjadi Rp 84,48 triliun, pembiayaan sewa melesat 196,14% (yoy) menjadi Rp 2,09 triliun. Di samping pembiayaan yang bergerak landai, aset perusahaan tetap tumbuh 14,23% (yoy) menjadi Rp 319,85 triliun.
Pencatatan pembiayaan tersebut jauh berbeda dibandingkan materi presentasi induk BSI yakni Bank Mandiri, dimana pembiayaan BSI tercatat tumbuh 15,9% (yoy) menjadi Rp 231,67 triliun. Pertumbuhan dicatatkan seluruh sektor, baik konsumer, UMKM, maupun wholesale.
Dari sisi pendanaan, berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, BSI mencatat total dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 262,12 triliun atau tumbuh 6,91% (yoy) hingga September 2023. Pertumbuhan ini dikontribusikan baik oleh giro sebesar 3,16%, tabungan 5,24%, maupun deposito 10,38%. Adapun posisi dana murah atau current account saving account (CASA) BSI masih dipertahankan di level 60%.
BSI mencatat rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) gross sebesar 2,21% pada September 2023, bergerak menurun dari level 2,67% pada September 2022. Namun, NPF net juga naik dari 0,59% menjadi 0,61%. Sementara likuiditas BSI mulai tercatat ke arah pengetatan dengan financing to deposit ratio (FDR) yang bergerak naik dari 81,85% pada September 2022 menjadi 88,31% per September 2023. ■