Dirut Allo Bank: Digitalisasi perbankan berpotensi ubah lanskap inklusi keuangan di Indonesia

- 29 Mei 2023 - 12:15
Modal inti Allo Bank meningkat lebih dari Rp6 triliun dan membuat perusahaan menjadi bank digital dengan permodalan yang kuat di Indonesia.

digitalbank.id – EKSPEKTASI nasabah terhadap layanan perbankan digital semakin tinggi karena tuntunan penawaran produk yang dipersonalisasi. Demikian penilaian PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) terhadap perkembangan layanan perbankan digital dewasa ini.

Pada saat yang sama, keamanan digital menjadi krusial dalam situasi itu. Direktur Utama Allo Bank (BBHI) Indra Utoyo menjelaskan bahwa digitalisasi perbankan berpotensi besar untuk mengubah lanskap inklusi keuangan di Indonesia. Digitalisasi memungkinkan perbankan menjangkau nasabah lebih luas dan menyentuh segmen unbanked.

Di sisi lain, digitalisasi juga membuat masyarakat mengharapkan berbagai inovasi dan perkembangan layanan dari perbankan. Salah satu yang paling utama adalah nasabah mengharapkan adanya produk yang dipersonalisasi atau sesuai dengan kebutuhan atau preferensi setiap orang.

“Di sisi publik, ekspektasi nasabah atas digital banking semakin tinggi, termasuk bagaimana bank bisa memanfaatkan teknologi untuk menawarkan produk dan jasa secara personalized yang memberikan value lebih dibanding kompetitor,” ujar Indra. Personalisasi produk itu membutuhkan segudang data dan pengolahannya dengan sistem maupun kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Pengembangan yang semakin luas pun memerlukan keandalan perusahaan dalam melindungi data dan memperkuat keandalan digital. Indra menyebut bahwa Allo Bank terus berupaya menerapkan standar tertinggi dalam manajemen risiko, khususnya terkait keamanan digital (cyber security). Hal itu mencakup aspek sistem dan teknologi, serta kapabilitas dari sumber daya manusia (SDM).

Menurutnya, mitigasi serangan siber dilakukan dengan pengamanan berlapis dan kolaborasi dengan pihak-pihak lainnya. Mitigasi itu di antaranya mencakup identifikasi kerentanan, pegecekan keamanan rutin, penerapan teknologi proteksi keamanan terkini, respond and rcovery plan, hingga kolaborasi dengan pemangku kebijakan. “Menurut data Verizon tahun 2021, hampir 82 persen serangan siber yang berhasil melibatkan faktor manusia seperti social engineering, phishing, penyalahgunaan akses, dan kebocoran data. Oleh karenanya, kami secara berkala meningkatkan security awareness kepada internal staf maupun nasabah melalui berbagai media,” katanya. ■

Comments are closed.