digitalbank.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan profitabilitas perbankan tahun ini masih akan tumbuh positif. Hal itu terlihat dari peningkatan laba bank kuartal I-2023 masih sejalan dengan proyeksi rencana bisnis bank (RBB) 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, laba perbankan ini didorong oleh pertumbuhan kredit dan fee based income serta perbaikan kinerja surat berharga.
“Selain itu, pertumbuhan ini juga seiring dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai sekitar 5%,” katanya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Selain itu, menurut dia, dari sisi permodalan, perbankan nasional masih berada di level yang solid dengan capital adequacy ratio (CAR) industri perbankan 24,69%.
“OJK akan terus mendukung perbankan melalui langkah kebijakan yang diperlukan sehingga perbankan terus bertumbuh berkelanjutan namun tetap prudent dalam aspek manajemen risikonya,” katanya.
Pada kesempatan itu dipaparkan pula kredit perbankan pada Maret 2023 tumbuh 9,93% (yoy), melambat dibandingkan Februari 2023 sebesar 10,64% menjadi Rp 6.445,5 triliun.
Pertumbuhan kredit ini ditopang kredit investasi yang tumbuh sebesar 11,40% (yoy), sementara kredit modal kerja dan konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 9,52% dan 9,20%. Secara bulanan, kredit perbankan naik 1,10% atau naik Rp70,14 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada Maret 2023 tercatat melandai dengan tumbuh 7% (yoy) menjadi Rp8.005,6 triliun, utamanya didorong penurunan pada giro. Likuiditas industri perbankan pada Maret 2023 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas yang terjaga.
Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan AL/DPK masing-masing sebesar 128,87% dan 28,91%, jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50% dan 10%. Risiko kredit melanjutkan penurunan dengan rasio NPL net perbankan sebesar 1,72% dan NPL gross 2,49%.
Di sisi lain, kredit restrukturisasi Covid-19 kembali mencatatkan penurunan sebesar Rp 22,28 triliun menjadi Rp 405,42 triliun dengan jumlah nasabah juga menurun menjadi 1,83 juta nasabah. Risiko pasar juga menurun ditinjau dari Posisi Devisa Neto (PDN) tercatat sebesar 1,44%, jauh di bawah threshold 20%. ■