digitalbank.id – PT Bank Maybank Indonesia Tbk atau Maybank Indonesia mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasi yang berakhir pada 31 Maret 2023 dengan Laba sebelum Pajak (PBT) naik 33,3% menjadi Rp750 miliar dari Rp562 miliar tahun lalu.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria, memaparkan pencapaian tersebut didukung oleh peningkatan pendapatan pada komposisi aset produktif, khususnya pembiayaan segmen korporasi dan ritel yang meningkat di tengah membaiknya situasi perekonomian Indonesia.
Selain itu, Maybank juga membukukan kenaikan pendapatan fee, terutama dari transaksi Global Markets (GM) sehubungan dengan kembali bergairahnya pasar, menguatnya kinerja anak perusahaan, dan kualitas aset yang membaik.
“Maybank Indonesia telah memulai kegiatan bisnisnya di tahun 2023 ini dengan mencatat hasil yang positif melalui pertumbuhan yang kuat di seluruh segmen bisnis pada sepanjang kuartal pertama tahun ini,” kata Taswin Zakaria melalui pernyataan resmi, Senin (1/5).
Sedangkan jika dihitung laba setelah pajak dan kepentingan non-pengendali (PATAMI), perolehannya naik signifikan sebesar 45,7% atau menjadi Rp566 miliar dari Rp388 miliar pada periode sama tahun lalu.
“Di tengah tantangan ekonomi global, kami mencatat pertumbuhan pada pembiayaan segmen ritel, UKM dan korporasi seiring dengan daya beli masyarakat yang secara bertahap membaik dan kegiatan bisnis di Indonesia yang telah kembali normal,” ujarnya.
Taswin menambahkan, Maybank akan terus berupaya dalam menyeimbangkan komposisi simpanan nasabah agar dapat mengelola pendanaan dengan lebih efisien serta memperkuat fundamental Bank. Selain itu ke depannya, Maybank juga akan melanjutkan penerapan strategi M25+ yang mencakup di antaranya transformasi untuk mengakselerasi kapabilitas digital SME dan mengedepankan solusi Islamic wealth.
Presiden Komisaris Maybank Indonesia, Dato’ Khairussaleh Ramli mengatakan melalui akselerasi digital, peningkatan fokus bisnis terhadap kebutuhan nasabah (customer centricity), mengedepankan fokus pasar regional, dan pertumbuhan bisnis perbankan syariah serta aspek keberlanjutan perusahaan, diharapkan dapat mendorong kinerja Maybank Indonesia ke depannya.
“Maybank Indonesia merupakan bagian penting dari program transformasi yang tercakup pada strategi M25+, di mana melalui penerapan Strategic Program (SP) 7 yang ditujukan untuk peningkatan bisnis Maybank di Indonesia dan sebagaimana SP lainnya, diharapkan dapat memberi dampak langsung kepada peningkatan kinerja bisnis dan operasional, serta kapabilitas Bank,” katanya.
Sementara itu Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia mencatat laba operasional sebelum provisi naik 32,0% menjadi Rp225 miliar dengan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) turun secara signifikan. Hal ini seiring dengan membaiknya kualitas aset. Unit Usaha Syariah Maybank Indonesia juga membukukan kenaikan yang signifikan pada laba sebelum pajak (PBT), yaitu sebesar 178,4 persen menjadi Rp 236 miliar pada kuartal pertama 2023.
Maybank juga mencatat peningkatan transaksi melalui platform perbankan digital M2U sebesar 16,1 persen pada kuartal pertama 2023 menjadi sekitar 4,8 juta transaksi dari 4,1 juta lebih transaksi tahun lalu. Nilai transaksi juga tumbuh 22,1 persen menjadi Rp 26,77 triliun dari Rp 21,93 triliun tahun lalu.
Total nasabah on board melalui M2U tumbuh 33 persen menjadi lebih dari satu juta nasabah dan sebesar 56% dari total nasabah CFS Maybank merupakan nasabah yang melakukan on boarding melalui platform digital tersebut. Pertumbuhan transaksi dan akuisisi nasabah yang signifikan melalui M2U telah berkontribusi pada peningkatan digital retail funding Bank sebesar 23,1% menjadi Rp6,39 triliun.
Selain itu, bank juga membukukan kenaikan pendapatan fee, terutama dari transaksi Global Markets (GM) sehubungan dengan kembali bergairahnya pasar, menguatnya kinerja anak perusahaan, dan kualitas aset yang membaik.
Bank mencatat Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) naik signifikan sebesar 45,7% menjadi Rp566 miliar dari Rp388 miliar tahun lalu sehubungan dengan meningkatnya pendapatan
komposisi aset Bank sehingga Net Interest Income/NII tercatat naik 6,7% Y-o-Y dan Net Interest Margin/NIM meningkat 35 bps menjadi 5,1% Y-o-Y.
Pendapatan fee-based (Fee-based income) tercatat naik 20,7% menjadi Rp574 miliar dari Rp475 miliar tahun lalu didukung oleh pendapatan fee Global Market yang tumbuh 98,7% menjadi Rp101 miliar dari Rp51 miliar di tengah pasar yang kembali bergairah. Selain itu, Bank juga membukukan kenaikan pendapatan recovery fee aset (Bank saja) mencapai lebih dari 7 kali atau menjadi Rp142 miliar sebagai upaya bank dalam melakukan perbaikan aset secara intensif dalam satu tahun terakhir.
Di tengah menguatnya pasar di sepanjang kuartal pertama 2023, Bank membukukan kenaikan pendapatan fee-based sebesar 30,6% secara kuartalan.
Bank mencatat total kredit tumbuh 7,7% pada kuartal pertama 2023 menjadi Rp107,22 triliun dari Rp99,52 triliun didukung pertumbuhan kredit CFS Ritel sebesar 14,6% menjadi Rp40,10 triliun dari Rp34,98 triliun, dan kredit Global Banking yang tumbuh 11,4% menjadi Rp39,29 triliun dari Rp35,26 triliun tahun lalu.
Kredit CFS Ritel bertumbuh di seluruh segmen yaitu, pembiayaan otomotif anak perusahaan yang tumbuh 26,1% menjadi Rp20,54 triliun dari Rp16,29 triliun, bisnis kartu kredit & KTA tumbuh 20,6% Y-o-Y dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 2,2% Y-o-Y.
Kredit CFS Non-Ritel mencatat penurunan sebesar 5,0% menjadi Rp27,83 triliun dari Rp29,28 triliun oleh karena segmen Business Banking mengalami penurunan sebesar 14,6%, sementara kredit segmen SME+ relatif stabil. Namun, kredit segmen Retail Small Medium Enterprises (RSME) masih terus bertumbuh sebesar 2,3% menjadi Rp12,74 triliun dari Rp12,46 triliun.
Total simpanan nasabah tercatat turun 2,2% menjadi Rp103,61 triliun dari Rp105,98 triliun sehubungan dengan strategi berkesimbungan yang diterapkan Bank untuk mengoptimalkan pendanaan berbiaya rendah melalui pemanfaatan layanan digital dalam menghimpun dana nasabah. ■