Target inklusi keuangan pemerintah 2024 sebesar 90%, BRI targetkan bisa kontribusi 70%

- 26 Maret 2023 - 06:31

digitalbank.id – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau Bank BRI mengungkapkan memiliki kontribusi sebesar 65,4% atau 107,5 juta nasabah ari 85,10% inklusi keuangan di Indonesia seperti yang dilaporkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga awal 2023.

Pemerintah sendiri pada 2024 menargetkan inklusi keuangan Indonesia mencapai 90% dan BRI optimistis bisa memberikan kontribusi hingga 70%.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan perusahaan diberikan penugasan untuk mengakselerasi inklusi keuangan.

“Visi kami sangat jelas, sampai kapan pun akan ke UMKM dengan porsi terbesar UMKM, khususnya di mikro dan ultra mikro sehingga kami juga terus fokus pada inklusi keuangan masyarakat,” ujarnya, Sabtu (25/3).

Menurut dia, peran UMKM di Indonesia berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga mencapai 62,55%. Sedangkan terhadap total penyerapan tenaga kerja Indonesia mencapai 97,22%. Artinya, kondisi UMKM tidak langsung kena dampak perekonomian nasional.

Oleh karena itu, BRI mengerahkan berbagai upaya untuk menjadikan UMKM sebagai inti bisnis agar semakin tangguh dan solid, di antaranya mencanangkan peningkatan kapabilitas pemberdayaan secara konsisten dan berkesinambungan terhadap para pelaku UMKM.

“Tentunya kami mau terus mengangkat UMKM ini betul-betul jadi kontributor perekonomian maka harus membangun kapabilitas di sektor tersebut. Kapabilitas empowerment, pemberdayaan,” kata Supari.

Selain itu, urgensi peningkatan kapabilitas pemberdayaan berkaitan dengan perubahan kebiasaan masyarakat yang tak bisa dihindari, terutama pasca pandemi Covid-19.

Di sisi lain, Supari menyebutkan peningkatan kapabilitas pemberdayaan tak hanya sekadar akses pasar secara digital, setidaknya ada tiga tahap yang harus diperhatikan, yakni literasi dasar yang di dalamnya mencakup inklusi keuangan dan manajemen keuangan dasar.

“Mengajarkan orang untuk menyisihkan uang menabung saja itu masih berat sekarang. Bahkan di kelompok-kelompok tertentu, ultra mikro misalkan, menabung itu adalah sebuah prestasi. Jadi harus kasih hadiah, gitu kira-kira didorong,” katanya.

Kedua, mendesain literasi bisnis melalui peningkatan kapasitas manajerial, membangun legalitas atau kepatuhan, mengembangkan budaya inovasi, membentuk pemahaman industri dan pasar, hingga membentuk kepemimpinan dan pola pikir jangka panjang untuk meningkatkan skala usaha.

Selanjutnya, literasi digital kepada UMKM dengan tujuan go digital, go modern, dan go global. Kemudian dalam peningkatan kapabilitas pemberdayaan perlu juga kapabilitas pembiayaan. BRI dalam hal ini menjadikan pembiayaan bagian dari pemberdayaan.

“Kami mencoba membangun sebuah desain pembiayaan dari mulai yang paling rentan dengan bantuan uang. Kebetulan BRI sering menyalurkan program-program pemerintah, seperti penyaluran bantuan cash sampai dengan yang komersial kita bangun,” tuturnya.

Berikutnya yang terakhir adalah kebutuhan channel yang makin beragam yang diakomodasi oleh BRI ke dalam berbagai kategori usaha, seperti Rumah BUMN, Inkubasi Universitas, desa brilian, linkumkm, dan PNM Mekaar.

BRI memiliki sejumlah strategi untuk turut berkontribusi dalam peningkatan inklusi keuangan di Indonesia. Mengingat inklusi keuangan merupakan hak dasar bagi seluruh masyarakat untuk mendapatkan kemudahan dalam mengakses perbankan sehingga mampu memberikan dampak positif dalam kehidupan.

Direktur Utama BRI Sunarso sebelumnya mengatakan ada sejumlah strategi untuk meningkatkan hal tersebut seperti menghadirkan Agen BRILink dan Holding Ultra Mikro.

Menurutnya, dua strategi tersebut mampu mempermudah masyarakat dari berbagai daerah tidak hanya di perkotaan untuk mendapatkan akses perbankan.

Khusus untuk Agen BRILink, dia menjelaskan inovasi ini tidak hanya untuk meningkatkan inklusi keuangan. Namun untuk membantu masyarakat masuk dalam era digital. Mengingat saat ini dunia digital bisa memangkas cost yang cukup besar dari suatu bisnis UMKM.

“Digital memang menyelesaikan banyak persoalan terutama persoalan apa namanya operasional cost yang tinggi. Operasional yang tinggi bisa diselesaikan secara digital tapi masyarakatnya itu belum fully digital itu sehingga kita datanglah dengan Agen BRILink,” kata Sunarso. ■

Comments are closed.