Sementara itu, rasio pendanaan stabil bersih atau Net Stable Funding Ratio (NSFR) berada di posisi 124,2 persen pada Desember 2022. Melihat hal itu, Okki mengatakan bahwa angka-angka tersebut menunjukkan ketahanan BNI terhadap guncangan yang mungkin terjadi. Okki menjelaskan, sebagian besar pendanaan BNI terdiri dari pendanaan yang stabil yang bersumber dari Dana Pihak Ketiga (DPK), dan hanya kurang dari 10 persen yang berasal dari pendanaan wholesale seperti obligasi yang diterbitkan, pinjaman, dan deposito dari bank lain.
“Kepercayaan deposan terhadap BNI juga terjaga dengan pertumbuhan Current Account Saving Account [CASA atau dana murah] yang sehat, sehingga CASA ratio kami saat ini ada di kisaran 73 persen,” sambungnya.
Selain itu, Okki menerangkan bahwa risiko tekanan pada aset perusahaan juga sangat kecil karena hanya sebagian kecil dari aset produktif BNI yang merupakan surat berharga non-pemerintah. Dari total portofolio bond yang dimiliki BNI saat ini, sebesar 95 persen merupakan obligasi pemerintah yang berisiko rendah dengan rata-rata tenor +/- 3 tahun. “Kami akan terus menerapkan asas prudential dalam operasional dan bisnis, sehingga dapat terhindar dari risiko-risiko berat di pasar global,” paparnya.
Bos Bank BNI paparkan kinerja 4 tahun terakhir - digitalbank.id