Alhasil, runtuhnya SVB memiliki risiko pada runtuhnya industri teknologi di AS. Salah satu contohnya perusahaan Stablecoin USD Coin (USDC) yang kehilangan pasak dolarnya dan merosot ke level terendah sepanjang masa setelah Circle. USDC mengungkapkan bahwa sebagian cadangan yang mendukungnya disimpan di Silicon Valley Bank.
Oleh karena itu, sejalan dengan besarnya lini bisnis SVB dalam menopang perekonomian, Pemerintah AS mengatakan mereka melihat sedikit tanda-tanda krisis keuangan seperti pada 2008, di mana lembaga perbankan yang gagal dapat mengancam kelangsungan ekonomi industri lain. Kendati demikian, Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Gedung Putih sama-sama mencatat sistem perbankan AS saat ini lebih tangguh dibandingkan saat krisis keuangan 2008.
Kejadian yang menimpa SVB juga diperkirakan akan menahan The Fed untuk mengerek suku bunga acuan. “The Fed biasanya memperketat sampai ada sesuatu yang rusak,” kata Jack McIntyre, manajer portofolio di Brandywine Global. Adapun, di pasar keuangan, gerakan panik dimulai pada hari Kamis, setelah SVB mengumumkan bahwa pihaknya tengah berupaya untuk mendapatkan modal dengan cepat untuk mengatasi penarikan besar-besaran pelanggannya. Portofolio SVB mencapai US$21 miliar atau sekitar Rp321,3 triliun, dan mengalami kerugian US$1,8 miliar atau sekitar Rp27,54 triliun.(SAF)