digitalbank.id – ADA yang untung, ada pula yang masih rugi. Begitulah situasi kinerja bank-bank digital di tanah air. Bank Neo Commerce (BNC) umpamanya, masih mencatatkan kerugian Rp601,2 miliar pada kuartal III/2022. Jumlah rugi bersih yang dibukukan bank digital milik Akulaku ini naik jika dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu, yakni Rp264,7 miliar. Meski begitu, Bank Neo Commerce optimis bisa meraup laba pada 2023. “Kami menargetkan untuk dapat catatkan laba full year dan menjadikan tahun 2023 sebagai tahun profitable bagi BNC,” ujar Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan dalam paparan publik.
BNC sendiri optimis bisa meraup laba tahun ini karena dapat sokongan modal hasil rights issue. BNC telah menjalankan aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,61 miliar saham. Tjandra Gunawan mengatakan dana dari rights issue itu dinilai cukup untuk perseroan meraih berbagai target yang sudah ditetapkan untuk tahun depan, salah satunya peningkatan aset hingga 20–30 persen.
Bank digital lainnya yakni Bank Aladin yang mencatatkan kerugian membengkak hingga 141,12 persen yoy pada kuartal III/2022 menjadi Rp146,41 miliar dibandingkan Rp60,72 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Bank Amar juga mencatatkan rugi mencapai Rp172,86 miliar pada kuartal III/2022. Kondisi ini berbalik dari kuartal III/2021 yang untung Rp565,18 juta.
Sebaliknya, kecuali yang masih merugi, setidaknya bisa dicatat di sini bahwa ada tiga bank digital yang mencatatkan untung pada akhir 2022. Pada 2023 ini, sejumlah bank digital optimistis bisa meraup cuan meski menghadapi sejumlah tantangan. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2022, tiga bank digital di Indonesia yakni PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), PT Bank Jago Tbk. (ARTO), dan PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) berhasil mencatatkan laba.
Bank Jago berhasil mencatatkan laba Rp40,57 miliar pada kuartal III/2022. Raihan ini membalikkan posisi rugi yang dibukukan perseroan pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp32,6 miliar. Lalu Allo Bank mampu membukukan laba bersih sebesar Rp209,02 miliar pada kuartal III/2022. Perolehan laba dari bank digital besutan Chairul Tanjung itu melesat 812 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Bank Raya berhasil mencatatkan laba hingga Rp32,47 miliar pada kuartal III/2022 dari kondisi merugi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,83 triliun. Perolehan cuan pada tahun lalu berupaya dipertahankan oleh bank digital seperti Bank Raya. “Pencatatan laba [Bank Raya] pada kuartal III/2022 diharapkan dapat berlanjut,” kata Sekretaris Perusahaan Bank Raya Ajeng Putri Hapsari pada Senin (2/1/2023).
Baca Juga: Beri akses permodalan pada gig worker, Bank Raya kolaborasi dengan Batunumbu
Pada 2023, Bank Raya sendiri akan terus fokus pada pertumbuhan bisnis yang berkualitas dan berkesinambungan untuk mewujudkan misinya sebagai digital attacker BRI Group. Bank Raya sendiri merupakan bank digital besutan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Di Bank Raya, BRI mempunyai porsi kepemilikan 85,7 persen. Dalam meraup cuan, Bank Raya berupa untuk mendorong penyaluran kredit dan menjaga kualitasnya. Ke depan, Bank Raya juga juga berupa fokus pada perbaikan kualitas aset. “Kami juga memberikan ruang bagi perusahaan untuk menajamkan fokus efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional,” ujar Ajeng.(SAF)