digitalbank.id – PT Bank Central Asia Tbk melihat tren digitalisasi semakin meningkat setelah pandemi Covid-19. “Dalam rangka merespon tren ini, BCA senantiasa melakukan berbagai inovasi layanan digital untuk memastikan platform perbankan transaksi yang aman dan andal, sekaligus menjadi solusi yang relevan bagi kebutuhan nasabah,” kata Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn.
Sepanjang 2022, emiten bersandi saham BBCA ini mencatatkan capex sebesar Rp5 triliun, yang sebagian besar dialokasikan untuk IT, digitalisasi perbankan, pengembangan jaringan kantor cabang, serta bidang keamanan siber. Menurut Hera, BCA memiliki fokus mengembangkan kapabilitas digital dalam melayani nasabah, terutama untuk meningkatkan basis nasabah dan jumlah transaksi.
Pada saat yang sama, perseroan juga mempertajam sejumlah fitur pada aplikasi BCAmobile dan KlikBCA. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan transaksi digital di sektor perbankan bakal mencapai Rp67.000 triliun pada tahun depan. Transaksi e-commerce dan uang elektronik juga diramal akan meningkat tajam.
Bank-bank pelat merah juga tak ingin ketinggalan dalam hal teknologi. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI) misalnya, telah menyiapkan dana hingga triliunan rupiah pengembangan infrastruktur teknologi informasi (information technology/IT) pada 2023.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa pengembangan IT perseroan pada tahun depan akan berfokus menciptakan solusi, produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Untuk menunjang hal itu, Aestika menyampaikan BRI setiap tahun menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp7 triliun hingga Rp8 triliun. “Di mana sekitar 57 persen di antaranya dialokasikan untuk capex IT,” ujarnya Jumat (16/12/2022).
Menurutnya, perkembangan IT khususnya pemanfaatan big data, kecerdasaan artifisial (AI) ataupun application programming interface (API) memungkinkan nasabah memanfaatkan layanan perbankan secara digital, seperti pembuatan rekening secara daring. Oleh karena itu, hal tersebut harus diimbangi dengan kapabilitas manajemen risiko yang baik untuk menghindari kejahatan siber.(SAF)