digitalbank.id – Banyak pihak memprediksi kondisi ekonomi bakal diselimuti bayang-bayang risiko global, namun Bank Indonesia (BI) optimistis laju kredit perbankan dapat tumbuh dobel digit pada 2023. Sejumlah faktor dinilai akan menjadi pemicu naiknya permintaan. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa dengan segala indikator ekonomi yang terus membaik, bank sentral meyakini laju penyaluran kredit perbankan dapat terus bertumbuh dengan proyeksi sebesar 10–12 persen. “Untuk kredit kami perkirakan bahwa tahun depan [pertumbuhan] kredit bisa sampai 10 hingga 12 persen, yang tahun ini perkiraan kami adalah 9 sampai 11 persen,” tutur Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (3/11/2022).
Lebih lanjut Perry menyatakan, proyeksi pertumbuhan kredit yang terus meningkat didukung oleh faktor permintaan dari dunia usaha dan faktor penawaran perbankan. Dari sisi penawaran atau suplai perbankan, ada tiga faktor utama yang membuat bank akan terus menyalurkan kredit. Pertama, likuiditas perbankan dinilai masih sangat longgar tecermin dari alat likuid per dana pihak ketiga (AL/DPK) yang masih di atas 27 persen.
Dengan likuiditas yang masih longgar, Perry menyatakan kenaikan suku bunga acuan tidak akan membuat bank tergesa-gesa menaikkan suku bunga kredit sehingga hal tersebut tak menghambat laju pertumbuhan kredit ke depan. “Faktor suku bunga masih menjadi faktor positif untuk perbankan menyalurkan kredit. Likuiditas tetap longgar, suku bunga kredit juga kami perkirakan tidak akan buru-buru naik,” ujarnya.
Faktor kedua adalah insentif. Menurutnya, KSSK yang berisikan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terus memberikan insentif bagi perbankan yang menyalurkan kredit. Adapun implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendorong kredit, antara lain, pelonggaran rasio loan to value/financing to value (LTV/FTV) kredit properti, serta uang muka atau DP nol persen untuk semua jenis kendaraan bermotor baru. “Kami juga memberikan insentif penurunan GWM [Giro Wajib Minimum] sampai 1,5 persen bahkan kami bisa menaikkan hingga 2 persen bagi bank-bank yang menyalurkan kredit kepada 42 sektor prioritas, termasuk UMKM,” ujarnya.
Faktor ketiga adalah standar kredit. Perry mengatakan bahwa berdasarkan hasil Survei Perbankan menunjukkan bahwa keinginan dan lending standard dari perbankan masih menunjukkan hasil positif. Sementara itu, dari sisi permintaan, Perry mengatakan bahwa permintaan konsumsi masih bertumbuh yang juga diikuti dengan kenaikan dari sisi ekspor dan investasi. Peningkatan sejumlah sektor ini diperkirakan mampu mendorong permintaan kredit ke depan.(SAF)