digitalbank.id – CASHLESS society atau masyarakat tanpa uang tunai semakin populer di Indonesia. Setidaknya bisa dilihat dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan Populix pada Juli 2022 menunjukkan tren penggunaan uang elektronik mengalami peningkatan, sejalan dengan penggunaan aplikasi finansial oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Mengacu data tersebut, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan sebanyak 64 persen masyarakat menggunakan aplikasi mobile untuk keperluan finansial atau layanan perbankan. Jika dibedah berdasarkan jenis aplikasi finansial, aplikasi mobile banking menjadi jenis aplikasi yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia, yakni mencapai 91 persen.
Menyusul dompet digital atau e-wallet sebesar 84 persen dan digital banking yang merengkuh 33 persen. Sementara itu, faktor utama atau alasan masyarakat Indonesia menggunakan aplikasi mobile untuk banking atau financial terdiri hassle-free, efisiensi waktu, mudah digunakan, dan terintegrasi dengan e-commerce.
Tak hanya itu, dalam 4 tahun terakhir, yakni 2018 – 2021, tren transaksi uang elektronik (UE) BI juga terus mengalami peningkatan dengan CAGR mencapai 86 persen. Secara terperinci, tren transaksi UE meningkat dari Rp47 triliun pada 2018 menjadi Rp145 triliun pada 2019, lalu sebesar Rp205 triliun pada 2020, dan Rp305 triliun pada 2021.
“Karena memang masyarakat Indonesia juga mayoritas muda, memang ini shifting, dia akan menjadi cashless, di mana kebiasaannya berubah. Data-data ini menunjukkan signifikan akan semakin besar dan tidak mungkin dibendung,” kata Erick dalam Seminar “Menuju Masyarakat Cashless” secara daring, Rabu (3/8/2022).
Sejalan dengan tren cashless yang semakin meningkat, Erick menyampaikan BUMN memiliki 5 transformasi untuk mendorong digitalisasi yang ada di ranah BUMN. Sejak awal, Erick meminta BUMN membangun ekosistem berupa transformasi inovasi model bisnis melalui pembangunan ekosistem, kerja sama, pertimbangan kebutuhan stakeholders, dan fokus pada core business. Selain itu, juga dibarengi dengan digitalisasi yang menjadi kunci agar Indonesia bisa bersaing. “Jangan BUMN ini menjadi dinosaurus yang akhirnya mati dimakan zaman karena besar badan, tetapi tidak mau bermetamorfosis,” tambahnya.(SAF)