digitalbank.id – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI optimistis bisa mencapai target pertumbuhan penyaluran kredit 9% hingga 11% pada tahun 2022 ini. Adapun, target tersebut lebih tinggi dibanding pencapaian sepanjang 2021 yang mana kredit BRI tumbuh hanya 7,15% menjadi Rp943,70 triliun.
Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno K mengatakan, keyakinan tersebut dimiliki BRI karena ada beberapa faktor yang mendukung. Sebut saja, faktor pemulihan dari sisi ekonomi seiring dengan penanganan pandemi yang mulai membaik sehingga aktivitas sosial masyarakat mulai berangsur normal. Di mana, motor penggerak dari pertumbuhan kredit berasal dari mikro dan ultra mikro, terutama dari dikonsolidasikannya PT Pegadaian dan PT PNM dengan BRI dengan dibentuknya holding pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
“Jadi, kami masih optimis kredit akan tumbuh 9%-11%. Ini kami jaga secara hati-hati, sehingga rasio kredit bermasalah atau NPL ditargetkan 2,8%-3% karena pada saat ini kami masih berhati-hati terkait kredit restrukturisasi Covid-19,” ujarnya dalam paparan kinerja BRI triwulan II-2022, Rabu (27/7/2022).
Direktur Utama BRI Sunarso menyebutkan, hingga semester I-2022, dari sisi pembiayaan, BRI Group berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 1.104,79 triliun atau tumbuh 8,75% year on year (yoy). Penyaluran kredit kepada seluruh segmen pinjaman tercatat tumbuh positif, dengan penopang utama yakni segmen mikro yang tumbuh 15,07%, segmen konsumer tumbuh 5,27%, segmen korporasi tumbuh 3,76% serta segmen kecil dan menengah tumbuh 2,71%.
“Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI tercatat tumbuh sebesar 9,81% dari Rp 837,82 triliun di akhir Juni 2021 menjadi Rp 920 triliun di akhir Juni 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus merangkak naik, menjadi sebesar 83,27%,” imbuhnya.
Kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit mampu diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL BRI secara konsolidasian yang terkendali di level 3,26%.
Di sisi lain, BRI sambung Sunarso menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit. NPL Coverage BRI tercatat sebesar 266,26% di akhir kuartal II 2022, dimana angka ini meningkat dibandingkan dengan NPL Coverage di akhir Kuartal II 2021 yang sebesar 252,59%.
Strategi BRI dalam menjaga NPL yakni dengan selective growth, berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak tersebut, seperti pertanian, industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.
“Upaya lain yang dilakukan BRI untuk menjaga NPL yakni selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft landing strategy dengan menyiapkan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi,” ungkap Sunarso. (HAN)