digitalbank.id – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01% pada kuartal I 2022 berdampak positif pada kredit perbankan. Bank diyakini akan semakin gencar menyalurkan kredit kepada dunia usaha.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan sebagian besar korporasi penjualannya adalah sudah positif, bahkan sudah lebih dari 10% bahkan lebih tinggi. “Sehingga ini mendorong permintaan untuk kredit modal kerja,” ujarnya dalam acara peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan No.38, Jumat (13/5).
Menurut dia, telah terjadi kenaikan capital expenditure di korporasi. Hal tersebut mendorong permintaan kredit dari sisi investasi. “Bank semakin yakin, semakin confidence untuk menyalurkan kredit. Terutama relaksasi dari sisi kebijakan makroprudensial, maupun mikroprudensial dari OJK,” katanya.
Baca juga: Otoritas keuangan ungkap kenaikan bunga tak pengaruhi permintaan kredit
Perry yakin scaring effect akibat pandemi Covid-19 dalam korporasi secara bertahap bisa teratasi. Terlebih masih ada dukungan kebijakan fiskal dari pemerintah, kebijakan makroprudensial dari BI, dan kebijakan lain dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tergabung dalam Paket Kebijakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
“42 sektor kita identifikasi untuk terus kita dorong. Tidak hanya sektor ekspor, juga manufacturing, makanan minuman, otomotif dan properti terus kita dorong dari sisi kebijakan fiskal, makroprudensial, dan mikro,” tutur Perry.
Lebih lanjut Perry menuturkan, bank sentral bakal melanjutkan pelonggaran kebijakan yang telah dilakukan dalam dua tahun terakhir. Salah satunya yaitu memberikan insentif bagi bank yang menyalurkan kredit kepada 38 sektor termasuk UMKM. Insentif tersebut berupa pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM), di samping pelonggaran LTV, rasio intermediasi makroprudensial, prudential liquidity buffer, dan sebagainya.
Baca juga: Tiga strategi Bank Indonesia hadapi lonjakan harga
“Seluruh kebijakan makroprudensial kami lakukan tahun ini, dan sebagian besar tahun depan kami akan terus lakukan secara akomodatif,” demikian Perry.
Sinergi terus dilakukan terhadap tidak hanya sektor sektor ekspor, juga manufacturing, makanan minuman, sampai ke otomotif dan properti. Dari sisi keuangan inovasi terus dilakukan terhadap pelayanan di sektor pelayanan jasa keuangan. Termasuk langkah-langkah BI dalam digitalisasi sistem pembayaran.
“Baik melalui digital banking, maupun payment, fintech, e-commerce melalui BI Fast, QRIS dan digitalisasi Ini bagian dari inovasi inovasi yang terus dilakukan,” katanya.
BI juga memperkuat manajemen risiko, pengaturan, pengawasan dalam fungsi intermediasi perbankan Berbagai risiko perlu kita awasi dan mitigasi bagaimana risiko terus kita mitigasi baik risiko kenaikan harga-harga komoditas, harga pangan, risiko nilai tukar maupun risiko dari suku bunga. (HAN)