Antisipasi persaingan bank digital, Bank Mandiri fokus perluas kolaborasi

- 29 April 2022 - 13:38

digitalbank.id – BELAKANGAN ini persaingan bisnis bank digital makin ketat. Setiap mengeluarkan berbagai jurus agar berhasil dalam persaingan. Namun berbeda dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Emiten dengan dengan kode saham BMRI ini menyampaikan justru belum ada rencana untuk mengakuisisi bank saat ini. Bank plat merah ini memilih untuk fokus memperluas kolaborasi agar tetap dapat kompetitif. “Hingga saat ini belum ada rencana aksi korporasi dalam bentuk akuisisi bank,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam konferensi virtual, Rabu (27/4/2022).

Dia menambahkan untuk tetap dapat kompetitif dengan bank digital, perseroan akan terus ekspansi dengan cara memperluas kolaborasi melalui teknologi open banking. Kolaborasi dilakukan agar perusahaan memiliki ekosistem digital yang makin luas dan dapat memberi manfaat bagi pemain besar di setiap industri. Mandiri tengah mengembangkan layanan API portal, layanan post to post, direct debit, pembayaran internasional dan solusi kustomisasi dengan pihak ketiga e-commerce untuk mencapai target tersebut. “Nantinya sebagai konglomerasi keuangan Bank Mandiri akan memiliki full set layanan keuangan melalui penawaran produk yang komplit,” kata Darmawan.

Dia mengatakan ke depan jika perusahaan akan melakukan aksi korporasi, kegiatan tersebut dipastikan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan bank. “Kami akan melakukan dengan pertimbangan bisnis yang matang dan proses azas yang transparan, dan keterbukaan informasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” kata Darmawan.

Sepanjang kuartal I/2022 Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp10,03 triliun, tumbuh sebesar 70 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perolehan laba tersebut didukung oleh sejumlah faktor, diantaranya aset perseroan yang mencapai Rp1.734,1 triliun atau tumbuh 9,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara itu, kredit konsolidasi dari emiten bank dengan kode saham BMRI ini tumbuh 8,9 persen yoy atau menjadi Rp1.073 triliun.

Capaian ini diikuti oleh rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang turun 49 basis poin secara yoy menjadi 2,66 persen. Total dana pihak ketiga (DPK) BMRI juga tumbuh sebesar 7,42 persen yoy mencapai Rp1.269 triliun. Hal ini didukung rasio dana murah atau current account saving account (CASA) sebesar 70,3 persen secara konsolidasi dan secara bank only di level 75 persen.(SAF)

 

Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.