digitalbank.id – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) melihat potensi investor milenial yang mencari produk investasi melalui kanal digital sangat besar. Melalui penetrasi digital, BNI akan mulai menjangkau investor milenial di daerah yang sebelumnya sulit terlacak. Kendati potensi pertumbuhan dana segmen milenial cukup tinggi, literasi investasi masih tetap menjadi program BNI yang terus diperkuat tahun ini.
Pemimpin Divisi Wealth Management BNI Henny Eugenia mengatakan bahwa masifnya penetrasi internet di Indonesia menggambarkan perilaku nasabah yang lebih dominan berinvestasi melalui saluran digital. Melihat fakta itu, kinerja beberapa segmen akan ditingkatkan.
Baca juga: Upaya kreatif BNI menembus pasar global lewat komoditas kopi
“Ada beberapa segmen yang terus ditingkatkan kinerjanya. Untuk wealth management, ada namanya private. Ada juga prioritas yaitu Emerald. Ada juga segmen milenial yang ritel dan ini terus tumbuh dengan baik seiring dengan adopsi digital masyarakat,” ujarnya, Jumat (11/3/2022).
Melalui penetrasi digital, kata dia, BNI akan mulai menjangkau investor milenial di daerah yang sebelumnya sulit terlacak. Namun, kini, segmen nasabah tersebut telah mampu berinvestasi dengan mudah melalui telepon genggam.
Henny menambahkan alokasi investasi dana masyarakat juga kian besar selaras dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di masa pemulihan. Milenial juga semakin melek investasi dan mulai menabung saham sejak dini, meski dengan nominal yang kecil.
Baca juga: Volume transaksi perdagangan ekspor dan impor BNI selama 2021 melonjak signifikan
“Kami berupaya untuk menjawab kebutuhan tersebut. Selain dengan sekuritas, BNI punya anak perusahaan sekuritas. Kami juga telah bekerja sama dengan 11 manajer investasi. Nasabah pun buka rekening BNI, lalu buka rekening reksadana, tinggal memantau, dan beli berbagai produk di BNI mobile banking,” katanya.
Meskipun potensi pertumbuhan dana segmen milenial cukup tinggi, Henny menuturkan literasi investasi masih tetap menjadi program yang terus diperkuat tahun ini. Terlebih, banyak hoaks serta investasi bodong yang terus menggerus pertumbuhan riil investasi nasional. “Tantangannya adalah banyak hoaks, jangan sampai tergiur oleh return semata, tapi tidak melihat risiko dan salah melihat website dan semacamnya, serta literasi,” katanya. (HAN)
