digitalbank.id – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk berhasil mencatatkan kinerja bisnis positif selama tahun 2021 berkat kolaborasi dan inovasi sehingga menatap dengan optimisme bisnis yang berkelanjutan di tahun 2022.
Direktur Utama Bank BJB, Yuddy Renaldi mengatakan, kinerja bisnis Bank BJB selama tahun 2021 terus tumbuh dan terjaga dengan baik, dari sisi fundamental maupun rentabilitas. Laba kotor bank bjb tumbuh tercatat sebesar Rp2,6 triliun. Sementara itu kredit perseroan tumbuh 7,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari Rp89,4 triliun per Desember 2020 menjadi Rp95,8 triliun di posisi Desember 2021.
“Penyaluran kredit bank bjb tumbuh di atas rata-rata industri perbankan yang hanya berada di level 5,2%,” ujarnya, Selasa (8/3).
Menurut dia, pertumbuhan tersebut didorong berbagai segmen mulai dari konsumer, korporasi dan komersial, UMKM, serta KPR. Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) emiten bersandi saham BJBR ini terjaga di level 1,2% yang sangat baik jauh berada di bawah rata-rata industri perbankan.
Baca juga: Masuki tahap beta test, super apps besutan bank bjb dijadwalkan dirilis Mei 2022
Lebih lanjut dia mengatakan bank bjb juga mencatatkan laba kotor sebesar Rp2,6 triliun sepanjang 2021, dengan pertumbuhan interest income 21,6% yang diikuti oleh pertumbuhan fee based income36,9% yang bersumber dari digital channel Bank BJB yang juga tumbuh 42,4%.
Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), bank bjb mengalami peningkatan sebesar 14,3% yoy menjadi sebesar Rp121,6 triliun. Lalu, total aset Bank BJB juga tumbuh 12,4% yoy menjadi Rp158,4 triliun.
“Total aset bank bjb menjadi yang terbesar di antara Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia atau termasuk ke dalam 14 besar di Industri perbankan nasional,” kata Yuddy.
Kinerja bisnis bank bjb selama tahun 2021 terus tumbuh dan terjaga dengan baik, dari sisi fundamental maupun rentabilitas. Laba kotor bank bjb tumbuh tercatat sebesar Rp2,6 triliun.
Baca juga: Persiapkan jadi bank hybrid, bank bjb gandeng Amazon Web Service dan DCI
“Dengan pertumbuhan interest income 21,6% yang diikuti oleh pertumbuhan fee based income 36,9% yang bersumber dari digital channel Bank BJB yang juga tumbuh 42,4% year on year dengan pembentukan pencadangan yang lebih solid untuk kemperkuat balance sheet bank bjb” ujarnya.
Total asset bank bjb tumbuh positif pada angka 12,4% atau sebesar Rp158,4 triliun dan menjadi yang terbesar di antara Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia atau termasuk ke dalam 14 besar di Industri perbankan Nasional. Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank BJB juga meningkat 14,3% menjadi sebesar Rp121,6 triliun atau tumbuh di atas rata-rata industri perbankan yang hanya berada di level 12,2% (SPI OJK : Desember 2021), dengan biaya dana yang semakin efisien tercermin melalui cost of fund yang jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca juga: Bank BJB terus kembangkan produk digital melalui layanan fintech like
Menurut Yuddy, bank bjb fokus mengembangkan pola banking secara Hybrid karena melihat Online dan Offline menjadi suatu kekuatan yang solid jika dijalankan secara bersamaan. Bank BJB memiliki basis nasabah yang erat budaya nya baik dengan transaksi on counter konvensional maupun nasabah yang menuntut digital experience melalui channel-channel elektronik.
Jaringan kantor fisik bank bjb tersebar di 14 provinsi di Indonesia dengan layanan dapat mengakomodir kebutuhan nasabah yang masih erat dengan layanan secara fisik seperti UMKM, pensiunan, dan sebagian pangsa ASN.
Di saat yang bersamaan, bank bjb membangun infrastruktur dan produk berbasis teknologi untuk menciptakan pengalaman perbankan layaknya perusahaan fintech. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan nasabah khususnya kalangan millennial dan juga beberapa produk spesifik seperti produk kredit Mesra berbasis komunitas dan Petani Millenial yang menyediakan akses pengajuan kredit melalui aplikasi, juga sebagian pangsa ASN yang memang sudah lekat dengan produk berbasis teknologi. (HAN)