digitalbank.id – Shinta VR, satu perusahaan metaverse paling berpengaruh di Indonesia yang telah menggarap lebih dari 100 proyek VR di lebih dari 10 negara, mengajak perbankan nasional berkolaborasi dalam ekosistem metaverse yang tengah dirancang dan dibangun bersama satu konsorsium global.
Managing Director Shinta VR Andes Rizky mengatakan Shinta VR saat ini menjadi leader konsorsium global yang terdiri dari University of Florida, Empathic Computing Lab., Kalbis Institute, TM Asia, Swara Gembira, Insan, RANS Entertainment dan digitalbank.id. Perusahaan yang akan bergabung dalam kolaborasi ini akan terus bertambah sesuai dengan perkembangan yang terjadi di dunia metaverse.
“Shinta VR dan konsorsium global ini tengah merancang dan membangun satu ekosistem metaverse Indonesia di mana metaverse banking akan ada di dalamnya. Rencananya proyek metaverse ini akan kami launch April 2022 dan kami mengundang perbankan nasional untuk sama-sama berkolaborasi di ekosistem metaverse ini,” ujarnya.
Baca juga: Metaverse bukan bisnis spekulatif, tapi investasi masa depan
Andes mengatakan hal itu pada acara Focus Group Discussion (FGD) bertemakan “Banking in Metaverse: Challenges and Opportunities” yang digelar digitalbank.id dan Shinta VR secara virtual, akhir Februari lalu.
Menurut dia, masih ada pemahaman yang keliru mengenai metaverse banking. “Banyak bank masih berpikir metaverse itu seperti memindahkan kantor. Mereka seperti buka kantor cabang virtual di metaverse. Padahal metaverse sangat luas. Ekosistemnya harus dibangun. Jadi saya bertanya-tanya juga, untuk apa satu bank masuk ke metaverse dan di sana bank itu cuma sendirian, stand alone,” katanya.
Lebih lanjut Andes mengatakan, prinsip dan semangat metaverse adalah desentralisasi. metaverse adalah gerbang menuju sebuah dunia baru yang tidak lagi mengenal jarak dan waktu.
Baca juga: OJK siapkan senjata atasi potensi kejahatan cryptocurrency, robot trading hingga metaverse
“Selain itu , metaverse adalah tatanan yang harusnya tidak memiliki sifat egosentris dari pihak-pihak tertentu. Prinsip inilah yang tertuang dalam seven layer of metaverse, di lapisan ketiga, desentralisasi,” ungkapnya.
Di dalam metaverse, setiap orang punya kesempatan yang sama dalam hal berinteraksi. Nah, ini merupakan sebuah tantangan yang menarik bagi perbankan nasional, yakni bagaimana mengintegraskan spirit desentralisasi ini ke dalam sistem sentralisasi yang ada dalam sistem perbankan dewasa ini.
“Metaverse berkembang demikian cepat. Setahun yang lalu mungkin telinga kita belum akrab mendengar metaverse. Tapi sekarang, semua orang bicara metaverse, banyak perusahaan dan brand global masuk ke metaverse. Perbankan juga tidak bisa hanya menunggu,” kata Andes.
Baca juga: Metaverse atau metaworse?
Mengenai ekosistem metaverse banking yang tengah dirancang dan dibangun Shinta VR, Andes mengatakan ekosistem ini sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti galeri NFT, business center, playground, ruang hijau terbuka, knowledge area, sport center, show area dan yang tak kalah menarik adalah investasi di tanah virtual.
Sebelum bank masuk ke metaverse akan dilakulan mapping dan analisis yang komprehensif mengenai kebutuhan perbankan di metaverse. Sebab, tiap-tiap bank punya kebutuhan yang berbeda di metaverse. “Setelah itu baru kami develop metaversenya sesuai dengan kebutuhan masing-masing bank, sejauh mana mereka mau memberikan new experience bagi nasabahnya,” katanya.
Sebagai informasi, Shinta VR, perusahaan metaverse lokal dengan visi global, tetap pada fokus semula untuk menjadi perusahaan metaverse yang punya dampak paling besar di Indonesia. Hingga saat ini, Shinta VR sudah membantu ribuan sekolah di 34 provinsi di Indonesia menggunakan teknologi 3D dan Virtual Reality dalam pembelajaran melalui unit bisnisnya, yaitu Millealab.
Baca juga: Metaverse bank: spirit desentralisasi dalam sistem sentralisasi
Dengan strategi “community based contents” Millealab berhasil menciptakan dampak luas bagi dunia Pendidikan Indonesia dengan mencetak 5.200 guru terlatih dan 130 guru ambassador Virtual Reality sejak 2019, dan sudah digunakan oleh ratusan sekolah di seluruh Indonesia.
Shinta VR juga berinovasi dalam dua unit bisnis baru, yaitu SpaceCollab yang bergerak di bidang industri pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan tersinkronisasi berbasis multi-perangkat (VR, komputer, dan smartphone ) yang sudah dipakai di beberapa universitas dan perusahaan.
Lantas di bidang entertainment dan media, Shinta VR juga membangun Virtual Character System yang menyediakan sistem untuk Virtual Character dan Influencer (Virtual Youtuber). (HAN)