digitalbank.id – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, sejalan dengan pulihnya perekonomian, sektor perbankan nasional secara umum dalam kondisi stabil dengan indikator prudensial terjaga dengan baik dan intermediasi yang menunjukkan peningkatan.
Adapun outstanding penyaluran kredit perbankan per Januari 2022 mencapai Rp 5.709 triliun atau tumbuh 5,79% secara year on year (yoy). Sementara itu, outstanding penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) per Januari lalu mencapai Rp 7.363 triliun atau menurun 12,07 (yoy).
Sementara itu Loan to deposit ratio (LDR) mencapai 77,55%, net interest margin (NIM) 4,60%, dan beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 82,04%. Untuk profil risiko dari rasio kredit bermasalah (NPL) net pada posisi Januari 2022 di level 3,10%, dan NPL net 0,88%.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam paparannya menjelaskan, kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit dengan pertumbuhan pada posisi Desember 2021 mencapai 13,14% (yoy). Sejalan dengan itu, kredit korporasi juga terus tumbuh positif. Seluruh jenis kredit menurut penggunaan juga meningkat secara year on year.
Baca juga: OJK ingatkan perbankan untuk berhati-hati masuk metaverse
“Bank BUMN dan bank umum swasta nasional (BUSN) domestik menjadi pendorong pertumbuhan kredit. Sejalan dengan itu, kredit di bank pembangunan daerah (BPD) konsisten tumbuh positif,” katanya.
Dia mengatakan hal itu dalam paparan mengenai Peningkatan Kinerja Intermediasi Sektor Perbankan untuk Mendukung Akses terhadap Kredit Perbankan Secara Inklusfi dan Berkelanjutan: Analisis Isu Strategis Sektor Perbankan, Jumat (25/2.
Data OJK mencatat, penyaluran kredit bank persero (BUMN) per Januari 2022 tumbuh 7,55% (yoy), BPD tumbuh 4,99% (yoy), dan kantor cabang bank luar negeri menurun 1,88% (yoy). Pada kategori BUSN tumbuh 4,68% (yoy), yang terdiri atas BUSN domestik dengan pertumbuhan 8,93% (yoy) dan BUSN asing tumbuh 0,80% (yoy).
Dia juga menjelaskan, restrukturisasi kredit/pembiayaan menunjukkan perkembangan positif dengan tren menurun. Untuk restrukturisasi perbankan per Desember 2021 mencapai Rp 663,49 triliun kepada 4,04 juta debitur.
Baca juga: OJK siapkan senjata atasi potensi kejahatan cryptocurrency, robot trading hingga metaverse
Dari jumlah itu, restrukturisasi untuk UMKM Rp 256,73 triliun kepada 3,11 juta debitur, dan non-UMKM sebesar Rp 406,76 triliun untuk 0,93 juta debitur. Sementara itu, restrukturisasi perusahaan pembiayaan per 17 Januari 2022 mencapai Rp 220,38 triliun untuk 5,23 juta kontrak.
Berkaitan dengan rasio NPL gross per Januari 2022 yang mencapai 3,10% atau naik dibandingkan Desember tahun lalu 3%, menurut dia, ada sedikit kenaikan namun masih berada jauh di bawah treshold.
Secara sektoral, NPL seluruh sektor utama terpantau mengalami kenaikan, dengan kenaikan terbesar pada NPL sektor pertambangan yang kembali di atas treshold yakni 5,03% per Januari 2022. (HAN)