digitalbank.id – ENVIRONMENTAL Social and Governance (ESG) sudah menjadi keharusan pelaku industri perbankan mengacu pada Tujuan Pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dan keharusan itu benar-benar ditegakkan. Buktinya, bank-bank besar di Tanah Air telah menggelontorkan triliunan rupiah untuk mendukung ekonomi hijau atau ekonomi ramah lingkungan melalui pembiayaan dan garansi. Dana perbankan di segmen hijau pada 2021, tumbuh signifikan dibandingkan dengan 2020.
Bank BCA umpamanya. Menurut Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn, mengatakan BCA senantiasa mendukung upaya pemerintah, menaati ketentuan regulator serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. BCA terus memperkuat komitmennya untuk mengedepankan nilai-nilai environmental, social, and governance (ESG) mengacu pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pada 2021, penyaluran kredit untuk sektor-sektor berkelanjutan mencapai Rp154,4 triliun atau naik 20,9% YoY. “Jauh di atas target pertumbuhan 5,5%,” kata Hera.
Sementara itu, Director of Treasury & International Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Panji Irawan mengatakan dari Rp827 triliun asset interest feering dalam pinjaman, sebanyak 25% disalurkan untuk Environmental Social and Governance (ESG). Ketika Mandiri menyusun rencana untuk menerbitkan sustainability bond, kata Panji, berarti sudah ada Rp207 triliun aset dalam pinjaman, yang bisa dijadikan underlying. “Kami melihat tren di depan mata adalah permintaan yang besar sekali di dalam ESG bond, betapa kencang sekali perhatian terhadap seluruh pelaku usaha link aktivitasnya dengan yang namanya ESG,” kata Panji. Dia menjelaskan Mandiri merupakan anggota dari perusahaan terbuka. Mandiri memiliki banyak mitra di luar negeri karena Mandiri adalah bank devisa. Mandiri melihat tren terhadap ESG bond sangat besar.
Adapun Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto mengatakan terdapat tiga tantangan dalam penyaluran pembiayaan dan garansi berkelanjutan yaitu sumber daya manusia (SDM), proses dan sistem. Dari sisi SDM, kata Solichin, perseroan harus membangun kesadaran dan kompetensi secara internal, baik itu di tim yang berhubungan langsung dengan penerbitan issue dari garansi (bond). “Juga dari sisi tenaga pemasaran kami khususnya mengkomunikasikan pentingnya ESG ini kepada klien atau customer,” kata Solichin.
Untuk mengatasi hal tersebut, lanjutnya, BRI memiliki relationship manager yang terus berkomunikasi dengan perusahan-perusahaan korporasi, baik dengan sosialisasi datang ke lokasi diskusi dan lain sebagainya, sehingga klien-klien BRI di korporasi makin sadar dengan pentingnya ESG. BRI berkomitmen terus mendorong inisiatif berbasis environmental, social, and governance (ESG).
Sepanjang 2021, portofolio kredit berkelanjutan atau sustainable loan BRI mencapai Rp614,2 triliun, berkontribusi 65,1 persen dari total kredit perseroan pada tahun lalu, Rp943,7 triliun. Dari nilai itu, Rp70,8 triliun mengalir ke pembiayaan hijau dan Rp534,4 triliun ke pembiayaan sosial.
Di bagian lain, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatat kinerja pembiayaan segmen hijau yang positif pada 2021.
Portofolio hijau BNI tercatat Rp172,4 triliun atau 29,6% dari total portofolio kredit BNI. Perusahaan berkode saham BBNI itu mencatatkan pertumbuhan pembiayaan hijau sebesar 23,67% pada 2021 dibandingkan dengan 2020, yang tercatat Rp139,4 triliun “Pembiayaan hijau ini didominasi untuk kebutuhan pengembangan ekonomi sosial masyarakat melalui pembiayaan segmen kecil dengan total portofolio mencapai Rp 117 triliun,” kata Corporate Secretary BNI Mucharom.
Di samping itu, lanjutnya, pembiayaan hijau juga untuk kebutuhan pembangunan ekosistem lingkungan hijau, energi baru terbarukan, serta pengelolaan polusi dan pengelolaan limbah. Pada tahun ini, kata Mucharom, BNI berencana untuk memperkuat keuangan berkelanjutan dengan terus melakukan ekspansi program kemitraan, pemberdayaan, sekaligus pendampingan mitra dan debitur sektor berkelanjutan.(SAF)