digitalbank.id – Portal berita digitalbank.id berkolaborasi dengan Shinta VR dan Intellectual Business Community (IBC) pada hari Rabu, 26 Januari 2022 (pk.09.00-12.00 WIB), akan menggelar webinar bertemakan “Banking in Metaverse: a Hype or Real?”, webinar pertama di Indonesia yang diselenggarakan dengan teknologi metaverse.
Di webinar ini, pemilik Oculus bisa masuk ke metaverse. Sementara peserta lain tetap bisa mengikuti webinar ini melalui Zoom. Pembicara yang akan hadir pada webinar “Banking in Metaverse: a Hype or Real?” adalah pakar transformasi digital yang juga doktor pertama di Indonesia di bidang transformasi digital Dr. dr. Bayu Prawira Hie, MBA dan Andes Rizky, founder yang juga managing director Shinta VR.
Baca juga: Akuisisi Bank Fama, Singtel lihat potensi pasar bank digital di Indonesia sangat ‘seksi’
Shinta VR adalah sebuah startup metaverse Indonesia yang fokus untuk menjadi perusahaan metaverse yang punya dampak paling besar di Indonesia. Hingga saat ini Shinta VR sudah membantu ribuan sekolah di 34 provinsi di Indonesia menggunakan teknologi 3D dan Virtual Reality dalam pembelajaran melalui unit bisnisnya, Millealab.
Co-Founder yang juga pemimpin redaksi digitalbank.id Safaruddin Husada mengatakan, metaverse akan menjadi teknologi yang paling menarik bagi perbankan di masa depan. Pengalaman imersif yang ditawarkan metaverse bisa menjadi layanan subsitusi yang solutif dan sesuai dengan perkembangan zaman.
“Tak sedikit saat ini bank-bank di luar negeri, sebut saja di Korea Selatan seperti KB Kookmin Bank, Industrial Bank of Korea, NH Nonghyup dan Hana Bank menyatakan masuk ke metaverse untuk meningkatkan layanannya pada nasabah. Kemudian Bank of America, BNP Paribas lalu Bank of Kuwait dan terakhir Mecrobank di Swedia. Tak berlebihan kalau kita mengatakan teknologi metaverse adalah masa depan perbankan, termasuk perbankan di Indonesia,” katanya.
Baca juga: Hadirkan solusi IT impactful simplicity, 13 perusahaan raih BRI Partner Award
Contoh paling jelas di mana metaverse dapat memengaruhi perbankan adalah dalam interaksi pelanggan, apalagi di masa pandemi seperti saat ini. Banyak bank telah menawarkan layanan video tatap muka dengan nasabah dan menggunakan mesin teller interaktif menggunakan konektivitas video dan fungsionalitas yang lebih kuat daripada ATM. Namun ke depan melayani pelanggan di dunia virtual akan menjadi satu kemutlakan. Dan, meteverse adalah jawabannya.
“Riset terbaru yàng dipublikasikan Digital Banking Report menemukan bahwa hampir setengah dari eksekutif layanan keuangan yang disurvei percaya bahwa 1 dari 5 pelanggan akan menggunakan teknologi virtual atau augmented reality untuk transaksi sehari-hari,” ujar Safaruddin yang akrab disapa Cepi.
Sementara itu Andes Rizky mengatakan pasca Mark Zuckerberg mengumumkan mengganti nama Facebook menjadi Meta Platforms Inc. atau Meta pada 28 Oktober 2021 lalu, metaverse tiba-tiba menjadi topik paling aktual dan banyak dibicarakan orang di muka bumi ini. Apalagi, ketika pendiri Microsoft, Bill Gates memprediksi dalam 2-3 tahun mendatang rapat-rapat kantor juga akan diadakan di metaverse.
Baca juga: Startup banyak merambah industri bank digital karena ada potensi keuntungan ganda
“Dulu, ketika Neal Stephenson menciptakan istilah metaverse untuk pertama kalinya pada tahun 1992 dalam novelnya “Snow Crash”, dunia hanya bicara soal fiksi ilmiah. Pasalnya semua teknologi yang memungkinkan masih belum ada. Tapi saat ini, metaverse sangat masuk akal dan seperti menghubungkan titik-titik dari banyak teknologi,” katanya.
Industri perbankan, demikian Andes, adalah salah satu industri yang paling diuntungkan dengan adanya teknologi metaverse. “Seyogyanya tak membuat bank menunggu lagi. Sebab di metaverse ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan bank,” tutur Andes.
Beberapa peluang itu a.l. bank dapat mencoba menjangkau nasabah baru yang tidak dapat (atau tidak mau) pergi ke cabang dan masih menawarkan pengalaman yang imersif. Survei terkait kebiasaan nasabah perbankan ketika masa pandemi yang dipublikasikan MarkPlus, Inc. (2020) menyebutkan intensitas komunikasi antara bank dan nasabah cenderung mengalami penurunan di masa pandemi virus corona (Covid-19).
Baca juga: Sukses transformasi digital ditentukan oleh budaya bukan teknologi
“Pengalaman imersif mampu mengaburkan batasan antara dunia nyata dengan dunia digital atau dunia simulasi, sehingga penggunanya bisa merasakan suasana yang mirip dengan dunia nyata. Di metaverse aktivitas transaksi sederhana seperti pengiriman uang dapat dikelola di jendela teller bisa juga diwujudkan, sementara avatar karyawan di dalam ruang VIP virtual dapat membantu klien menganalisis atau merancang portofolio investasi bagi pelanggan. Ini bisa menjadi new experience tersendiri bagi nasabah,” kata Andes.
Senada dengan itu, Bayu Prawira Hie mengatakan teknologi metaverse sangat tepat digunakan bank-bank yang punya layanan priority banking atau private banking.
Baca juga: Tren permintaan layanan bank digital diprediksi akan terus alami peningkatan
“Teknologi metaverse diyakini akan mampu memberikan pengalaman baru (new experience) bagi nasabah perbankan, khsususnya nasabah prioritas dan private banking. Dalam beberapa tahun ke depan diyakini banyak bank di Indonesia akan masuk ke metaverse.
“Karena tuntutan perkembangan zaman memang seperti itu. Saya yakin akan banyak bank di Indonesia yang akan masuk ke metaverse. Sekarang ini banyak milenial dan anak-anak muda yang uangnya banyak dan menjadi nasabah prioritas atau bahkan private banking. Metaverse adalah pilihan yang tepat bagi bank untuk memberikan layanan terbaik kepada nasabah prioritas atau private banking,” kata Bayu yang Oktober 2021 lalu menerbitkan buku “Panduan Transformasi Digital Bank di Indonesia.” (HAN)
Untuk informasi lebih lanjut mengenai webinar ini bisa menghubungi: redaksi@digitalbank.id, info@digitalbank.id, Mobile phone: +6282143816135, Whatsapp: +6281314188319, pendaftaran webinar: https://bit.ly/Meta_Webinar