digitalbank.id – Sebagai upaya meningkatkan akses kredit kepada masyarakat, sejumlah bank digital awal 2022 ini diketahui tengah bersiap mengoptimalkan penyaluran kredit digitalnya melalui digital lending platform dengan menggandeng berbagai pihak.
PT Bank Jago Tbk. (ARTO) misalnya, telah memastikan akan mulai menyalurkan kredit secara langsung melalui aplikasinya tahun 2022 ini. Bank Jago selama ini terus meningkatkan penyaluran kredit dan memperluas kolaborasi dengan digital ekosistem. Kolaborasi diwujudkan salah satunya melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan peer to peer (P2P) lending dan multifinance.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar sebelumnya mengatakan saat ini semua pinjaman disalurkan melalui partnership lending, baik dengan perusahaan pembiayaan maupun P2P lending. Beberapa partner Bank Jago yang terlibat dalam menyalurkan kredit a.l. Home Credit, BFI Finance, Kredit Pintar, Akseleran, Investree, AdaKami, Modal Rakyat, dan Atome.
Baca juga: Tingkatkan customer experience, CIMB Niaga operasikan digital lounge di AEON Mall Tanjung Barat
Dia memastikan bahwa penyaluran kredit melalui aplikasi Bank Jago bisa dimulai tahun ini. “Penyaluran kredit via aplikasi bisa dimulai 2022, karena kami harus mencari customer base yang besar dan bisa build analytic untuk lending,” katanya.
Sampai akhir September 2021, penyaluran kredit Bank Jago mencapai Rp3,73 triliun atau melonjak 502% dari periode yang sama tahun 2020 (year on year/yoy). Pertumbuhan kredit terutama terjadi pada kuartal III-2021 dengan kenaikan senilai Rp1,56 triliun dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya (q-t-q). Sementara sepanjang kuartal III-2021 Bank Jago mencatatkan laba bersih senilai Rp14 miliar setelah sebelumnya mencatat kerugian.
PT Bank Neo Commerce Tbk., juga sudah menetapkan pertengahan Januari 2022 aplikasinya sudah bisa dipakai untuk pengajuan digital lending.
Baca juga: Transaksi pembayaran pajak melalui e-Channel Bank DKI tembus Rp3,6 triliun
“Kami telah meluncurkan layanan digital lending di ekosistem dan akan tersedia di pertengahan Januari di aplikasi neobank,” ujar Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan, saat paparan publik akhir Desember 2021 lalu.
Dia mengatakan penyaluran kredit dari emiten bank dengan sandi BBYB ini akan tersedia dalam dua model. Pertama, melalui ekosistem Akulaku yang sudah lebih dulu dilakukan, kemudian melalui aplikasi neobank.
“Di tengah ketidakpastian pasar akibat pandemi Covid-19, perseroan tidak akan bergantung kepada satu ekosistem, tetapi juga membuka ruang kerja sama dengan ekosistem lainnya untuk penerusan kredit atau loan channeling,” katanya.
Baca juga: Konsisten kembangkan perbankan digital, Bank DKI raih Top Digital Awards 2021
Neobank sudah mulai bekerja sama dengan beberapa partner di 2021 untuk loan channeling dan dalam bentuk aset-aset lainnya.
“Jadi, kami memungkinkan berkolaborasi dengan ekosistem lainnya, tidak hanya Akulaku,” ujar Tjandra Gunawan.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bersih Neo Commerce naik dari 2,67% pada akhir 2020 menjadi 3,28% per akhir September 2021. Namun, kondisi itu membaik jika dibandingkan kuartal II/2021, yakni 3,42%.
Tjandra menegaskan bakal tetap memperhatikan rasio NPL perseroan di samping meningkatkan jumlah aplikasi dan nasabah Bank Neo Commerce.
Baca juga: OJK catat selama 2021 sektor jasa keuangan stabil dengan kinerja membaik
Peluncuran pinjaman secara digital juga akan dilakukan PT Bank QNB Indonesia Tbk. Emiten bank bersandi BKSW tersebut bakal bekerja sama dengan PT Indosat.
Sekretaris Perusahaan Indosat Ooredoo Billy Nikolas, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, menyatakan emiten telekomunikasi itu akan memasarkan produk Bank QNB di berbagai saluran pemasaran.
Dia mengatakan saluran pemasaran itu a.l. melalui aplikasi, SMS, dan saluran luring. Produk digital yang diberi nama UCan tersebut dapat dilihat di aplikasi myIM3. UCan menawarkan dua pilihan menu, yakni Tarik tunai dan UCan Save.
Baca juga: Bank Indonesia ungkap transaksi digital di DKI Jakarta tembus Rp2.944,4 triliun
Menu tarik tunai merupakan fitur kredit yang menawarkan dana Rp15 juta dengan limit lebih tinggi dan memiliki tenor lebih panjang.
Hingga kuartal III-2021 Bank QNB Indonesia mencatatkan penurunan kredit sebesar 9% secara year to date (ytd) menjadi Rp10,83 triliun. Adapun, NPL perseroan berada di level 7,77% secara gross dan 3,78%’net pada periode tersebut. (HAN)