digitalbank.id – Meski PT Bank Aladin Tbk adalah bank syariah digital pertama, namun untuk bersaing dengan bank digital umum lainnya tidaklah semudah mengucapkan mantra bim salabim.
Untuk itulah, para punggawa yang mengendalikan bank syariah ini, menjadikan konsep omnichannel sebagai andalan operasionalnya dan sekaligus sebagai pembeda dengan bank digital lainnya.
Omnichannel sendiri, boleh dibilang adalah sebuah konsep, bagaimana menggunakan teknologi, khususnya bank digital lebih mengedepankan unsur manusia. Dengan kata lain, Aladin mencoba lebih membumikan digitalisasi yang lebih berorientasi dan ramah pada nasabahnya.
Baca juga: Gandeng Nikel asal Jerman, Bank Neo Commerce tawarkan pembiayaan di sektor kesehatan
Manajemen Bank Aladin percaya, penggunaan teknologi yang berjarak pada endusernya tidak akan efektif. “Dengan konsep omnichannel ini, kita akan melayani nasabah, baik dengan pendekatan online maupun offline,” ujar punggawa Aladin, Dyota M Marsudi di Jakarta pekan ini.
Menurut dia, pendekatan omnichannel yang bakal menjadi dasar dan konsep operasional bank syariah digital ini juga, bukan sekadar ingin mencari pembeda dengan bank digital lainnya. Tapi, keputusan itu diambil berdasarkan hasil riset dan kajian yang sudah beredar luas.
Hasil riset tersebut, diantaranya, membuktikan bahwa tidak kurang dari 77% orang dewasa dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia, masih banyak belum mempunyai akses ke perbankan.
Di sisi lain, penetrasi teknologi internet dan penggunaan smartphone makin mempermudah cara orang bertransaksi, dengan berbagai pilihan produk diantaranya produk perbankan, fashion, beauty bahkan FnB yang berbasis syariah.
Baca juga: Cegah praktik shadow banking, OJK bakal batasi aliran dana bank ke fintech?
Jadi dengan konsep omnichannel ini, sambung CEO Bank Aladin ini, banknya akan bekerja sama dengan berbagai mitra offline, online dan ekosistem lainnya untuk berkolaborasi. “Mudah-mudahan tahun depan sudah terealisasi.”
Pihaknya optimis, pasar keuangan syariah yang sangat besar di sini, bila dikelola secara tepat, hasilnya akan sangat luar biasa. Apalagi Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar.
Dia juga mengatakan, banknya, akan lebih berkonsentrasi pada beberapa aspek, diantaranya, bagaimana membangun kepercayaan publik, meningkatkan kepatuhan syariah dan memberikan pengalaman terbaik pada produk yang ditawarkan.
Jadi, menjalin kolaborasi dengan mitra yang terpercaya, adalah sebuah keharusan. Apalagi Bank Aladin boleh dibilang adalah bank pendatang baru. “Mendapat kepercayaan dari masyarakat adalah yang paling utama,” ujar Dyota lagi.
Baca juga: Tak cukup jadi bank digital, KB Kookmin Bank putuskan masuk ranah metaverse
Konsep Omnichannel ini juga memungkinkan para calon nasabah dan nasabah yang sudah dijaring, atau mereka yang belum terbiasa mendapat pelayanan bank akan memiliki tempat pelayanan yang bisa dikunjungi dalam bertransaksi.
Keyakinan CEO Aladin ini, nampaknya juga sejalan dengan pendapat pakar Marketing dari Markplus Ing Hermawan Kartajaya. Konsep omnichannel, menurutnya adalah pilihan yang paling pas dan cocok saat ini untuk masyarakat kita.
“Kita tidak bisa melayani masyarakat kita hanya dengan mengandalkan teknologi. Dan teknologi itu harus memanusiakan. Offline dan online harus itu,” tegasnya.
Itulah mengapa Bank Aladin yakin bahwa omnichannel tak ubahnya ‘lampu wasiat’ yang akan terus diusap-usap seiring dengan perjalanan bank ini ke depan. Saat ini, bank yang butuh tambahan modal guna pengembangan usaha itu telah melemparkan 2 miliar lembar ke bursa dengan harga nominal Rp 100 perlembarnya. Aladin juga optimis, jumlah nasabah yang kini 4 juta, akan bertambah menjadi 7,5 juta nasabah pada 2025 nanti. (LUK)