digitalbank.id – Tiga bank BUMN masing-masing PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk akan segera mengeksplor dunia metaverse sebagai ‘dunia baru’ yang menyediakan layanan perbankan
Namun, perbankan mengakui ada sejumlah tantangan di dalam metaverse a.l. yang terkait dengan infrastruktur, keamanan, regulasi, Sumber Daya Manusia (SDM), dan literasi teknologi yang memadai yang mesti ada sebelum masuk ke metaverse.
Menurit Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri Timothy Utama, untuk masuk ke metaverse, harus siap dalam hal infrastruktur dan cara menangani digitalisasi.
“Jadi kesempatan yang ada bisa terjadi kalau kita siap dalam hal infrastruktur dan cara kita menangani digital,” katanya dalam acara ‘Indonesia Digital Conference’ di Jakarta pekan ini.
Menurut dia, ada beberapa poin yang perlu dicatat terkait pengembangan metaverse di sektor perbankan.
Pertama, harus siap dengan digitalisasi. Di mana infrastruktur, sistem, komputasi awan atau cloud, dan lainnya harus siap untuk menyambut digital.
Kedua, harus membangun digital native products yang berarti mengembangkan proses manual untuk diterapkan ke digital. Ketiga, memiliki ekosistem dan merangkum ekosistem ini untuk menjadi peluang.
“Hari ini semua orang bercerita tentang transformasi, semua orang bercerita sebagai ekosistem, mengatakan kedua hal ini sangat gampang tapi menerjemahkannya dari konteks untuk menjadikan peluang merupakan tantangan,” katanya.
Selain itu, beberapa hal yang menjadi tantangan lain yaitu, kerangka regulasi, keamanan, dan metode pembayaran. Sebagai informasi, saat ini, metode pembayaran di metaverse belum diizinkan oleh regulator.
Sementara itu, General Manager Divisi IT Strategy & Architecture BNI, Ari Pratiwi mengatakan, beberapa tantangan perbankan memasuki metaverse adalah kesiapan adopsi teknologi terbaru dan literasi yang memadai.
Selain itu, pemerataan infrastruktur yang mendukung dan akses yang terjangkau. Ketiga, verifikasi indentitas dan edukasi keamanan informasi pribadi. Keempat, kesiapan pekerja dengan adopsi teknologi dan budaya kerja yang baru. Terakhir, regulasi yang melindungi dan mendorong pertumbuhan industri inovasi digital.
Lalu bagaimana dengan BRI? Menurit AVP Head of Artificial Intelligence BRI Andhika Rachman mengatakan, BRI diketahui merupakan bank yang banyak digunakan masyarakat di pedesaan dan pedalaman. Menurutnya, hal yang menjadi tantangan yaitu, bagaimana koneksi internet dapat diakses oleh masyarakat di pedalaman.
Adapun, BRI melakukan implementasi transformasi digital dengan membuka kantor cabang daring atau virtual branch dalam dunia metaverse. Untuk tahap awal era metaverse ini, BRI memanfaatkan teknologi dengan menghadirkan Virtual Branch yang merupakan edukasi perbankan dan layanan digital lainnya.
Sedangkan Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menambahkan, digitalisasi ini diharapkan dapat semakin memudahkan masyarakat untuk mendapat layanan perbankan secara cepat, mudah, efektif, dan aman. Tak hanya itu, transformasi digital ini juga diharapkan dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi serta pelaku UMKM.
Dalam upaya mendongkrak inklusi keuangan, bank pelat merah berkode emiten BBRI ini juga menghadirkan layanan yang dilakukan secara hibrid. Dalam melayani nasabah, layanan phygital ini dapat diakses secara daring maupun luring. (HAN)