digitalbank.id – Satu pejabat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai potensi perbankan Indonesia dalam mengadopsi teknologi metaverse sangat besar. Metaverse akan menjadi channel yang sangat menarik bagi industri perbankan.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan metaverse merupakan peluang usaha baru dan teknologi ini dipastikan akan terus tumbuh di masa depan.
“Metaverse merupakan peluang usaha baru dan ekonomi besar di dunia besar. Metaverse untuk terus tumbuh di masa depan,” ujarnya dalam webinar Metaverse in Banking yang diselenggarakan OJK Institute, Kamis (15/9).
Menurut dia, metaverse bisa membantu perbankan menjangkau nasabahnya yang tidak bisa atau enggan pergi ke cabang. Selain juga menawarkan layanan perbankan yang berbeda. “Mencapai konsumen nasabah baru yang tidak bisa atau tidak bersedia untuk datang langsung ke cabang perbankan, kemudian menawarkan layanan perbankan yang berbeda.”
Pengembangan metaverse dilakukan untuk memberikan pengalaman baru kepada nasabah. Menawarkan layanan perbankan yang bisa dialami di virtual”. Namun dia mengingatkan tidak semua aktivitas bisa berpindah ke metaverse. Mengutip laporan JP Morgan, dunia itu memang memberikan cara unik untuk layanan dan model usaha namun perlu ditinjau lagi sebelum benar-benar masuk ke metaverse.
Perusahaan, termasuk dari sektor perbankan, harus mempertimbangkan berbagai hal. Termasuk untuk mempelajari relevansi dunia itu untuk usaha yang dijalankan.
“Sebelum memasuki metaverse, perusahaan harus mempertimbangkan berbagai hal harus dipelajari termasuk perbankan. Perbankan harus mempelajari relevansi metaverse atas usaha yang dijalankan,” katanya.
Pembicara yang hadir pada webinar kali ini adalah Helene Panzarino (Director of Centre for Digital Banking & Finance) yang banyak menyeroti perkembangan fintech dan tren masa depan dan konteks fintech masa depan.
Dia juga memaparkan skenario masa depan yang memungkinkan untuk pengembangan layanan dan solusi fintech, termasuk di dalamnya yang memanfaatkan teknologi metaverse. “Saat ini kita berada di awal sistem keuangan terdesentralisasi yang memberikan peran utama pada blockchain, cryptocurrency dan aset digital. Generasi web berikutnya harus disiapkan untuk mengadopsi semua itu.”
Sementara itu Conor Svensson, LIBF Adjunct Faculty and Speaker – Web3 Labs mengatakan, ada banyak peluang perbankan di metaverse. Namun bukan berarti tidak ada risiko. “Kita semua perlu mencermati juga risikonya, selain tentunya manfaat dan peluang yang sangat besar bila bank berada di metaverse.”
Sistem keuangan yang terdesentralisasi, demikian Conor, sangat diuntungkan dari jaringan yang dibangun di atas blockchain publik. Hosting data transaksi di jaringan ini memungkinkan transparansi dan visibilitas dari semua pengguna yang terlibat.
Sedangkan Eduardo Litonjua, LIBF Guest Speaker – Crypto & Data Science mengatakan, perbankan mesti peduli dan memahami benar kripto dan NFT sebelum megeskplorasi metaverse. (HAN)