Milieu Insight, sebuah perusahaan software riset dan analisis terkemuka di Asia Tenggara telah merilis temuan terbarunya mengenai keuangan pribadi atau personal finance dan kebiasaan investasi di Asia Tenggara.
Enam studi-pasar komprehensif yang melakukan survei kepada 3.000 responden yang mencakup Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Filipina menyoroti persepsi individu tentang kesuksesan, kebiasaan menabung, kepemilikan kartu kredit, dan kebiasaan pembayaran.
Menurut hasil survei tersebut, mencapai keamanan finansial dan memastikan tabungan pensiun yang memadai menduduki peringkat kedua setelah kesehatan yang baik, menandakan pentingnya keberhasilan hidup masyarakat Asia Tenggara.
Sentimen ini dipercayai oleh 52% responden, yang menggarisbawahi pentingnya kesejahteraan finansial di wilayah ini.
Namun, hasil survei mengungkapkan tren yang mengkhawatirkan dimana lebih dari 4 dari 10 masyarakat Asia Tenggara hanya menabung hingga 10% dari pendapatan mereka, yang menunjukkan adanya kebutuhan mendesak akan inisiatif literasi dan perencanaan keuangan yang lebih baik.
Hal ini menekankan perlunya pemberdayaan individu dengan pengetahuan dan alat yang tepat yang diperlukan bagi mereka untuk membangun kebiasaan finansial yang baik.
“Studi Milieu Insight mengenai kebiasaan menabung di Asia Tenggara menunjukkan adanya panggilan dan kebutuhan untuk meningkatkan literasi dan perencanaan keuangan di wilayah ini. Dengan 46% penduduk di wilayah ini berinvestasi dan sebagian besar jarang melakukannya, adanya dorongan untuk membekali individu dengan pengetahuan dan alat yang diperlukan untuk membuat keputusan keuangan yang tepat. Laporan ini juga menggarisbawahi bahwa masyarakat Asia Tenggara terbuka terhadap masukan para keuangan profesional, menunjukkan kesediaan untuk mencari bimbingan dan keahlian untuk menavigasi rumitnya keuangan pribadi dan investasi,” kata Juda Kanaprach, Co-founder & CCO, Milieu Insight.
Meskipun sekitar separuh penduduk Asia Tenggara memiliki dan menggunakan kartu kredit, terdapat kesenjangan yang signifikan antar negara, dengan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kepemilikan terendah dan Singapura sebagai negara dengan tingkat kepemilikan tertinggi.
Namun demikian, 68% pemegang kartu kredit di Asia Tenggara hampir selalu membayar tagihannya secara penuh, hal ini menunjukkan pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab di antara sebagian besar pengguna.
Sebaliknya, lebih dari separuh (54%) responden tidak secara aktif berinvestasi, sehingga berpotensi kehilangan akumulasi kekayaan dan peluang pertumbuhan keuangan. Tren ini mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rendahnya literasi keuangan, terbatasnya
akses terhadap peluang investasi, dan preferensi untuk menabung dibandingkan berinvestasi.
Di bidang investasi, survei ini juga menunjukkan bahwa hampir separuh (46%) masyarakat Asia Tenggara secara aktif menginvestasikan uang mereka, dengan 58% mengalokasikan hingga20% pendapatan mereka untuk investasi. Namun, 1 dari 5 orang mengadopsi pendekatan ad-hoc dalam berinvestasi, yang menunjukkan potensi ruang untuk perbaikan dalam strategi
perencanaan keuangan.
Di antara semua negara yang disurvei, masyarakat Singapura merupakan negara terdepan dalam investasi aktif, dengan 59% menunjukkan bahwa mereka menginvestasikan uang mereka dibandingkan dengan 46% di seluruh wilayah.
Saham, deposito tetap, dan reksa dana adalah tiga bidang investasi teratas di antara masyarakat Asia Tenggara, yang terutama didorong oleh keamanan pensiun, pertumbuhan kekayaan, dan pendapatan rutin. Meskipun minat terhadap investasi sangat besar, banyak orang yang menyebutkan ketakutan akan kehilangan uang, jangka waktu investasi yang panjang, dan ketakutan kehilangan peluang sebagai tantangan utama yang mereka hadapi.
Laporan survei ini juga menemukan bahwa masyarakat Asia Tenggara menunjukkan keterbukaan terhadap nasihat keuangan profesional, dan 60% menyatakan bahwa hal tersebut meningkatkan kepercayaan diri mereka. Di antara mereka yang berinvestasi, 49% mengandalkan penasihat sebagai sumber panduan utama mereka, yang menyoroti pentingnya wawasan ahli dalam proses pengambilan keputusan keuangan.
Riset yang dilakukan melalui komunitas survei milik Milieu Insight, menawarkan pemahaman komprehensif tentang perilaku dan sikap keuangan yang umum di kalangan masyarakat Asia Tenggara. Mewakili populasi orang dewasa online berusia 16 tahun ke atas, penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2024. ■