
Insurtech—perpaduan asuransi dan teknologi—sedang membuka akses keuangan yang lebih luas dan merata, terutama bagi komunitas yang selama ini kesulitan mendapat layanan asuransi tradisional. Dengan kepemilikan asuransi jiwa di AS mencapai 52% dari populasi dan pasar Life Insurance & Annuities diperkirakan menembus US$994,4 miliar pada 2025 (IBISWorld), para pelaku insurtech seperti Nonstop Financial memanfaatkan platform digital dan edukasi finansial untuk memberdayakan wirausahawan muda membangun bisnis bernilai jutaan dolar serta membantu keluarga merancang warisan kekayaan lintas generasi.
Fokus utama:
- Bagaimana teknologi memudahkan masyarakat terlayani tanpa hambatan geografis maupun demografis.
- Pentingnya literasi finansial untuk menjadikan asuransi sebagai instrumen kekayaan, bukan sekadar proteksi.
- Kontribusi insurtech terhadap pertumbuhan industri asuransi—dengan potongan biaya administrasi 20%–30 % (McKinsey)—dan peningkatan kepemilikan asuransi jiwa, terutama di kalangan milenial dan komunitas minoritas.
Selama puluhan tahun, asuransi jiwa dianggap sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat—proses yang berbelit, biaya tinggi, dan kurangnya kepercayaan. Kini, insurtech hadir mengubah paradigma itu.
“Di Nonstop Financial, kami menghilangkan hambatan tradisional menuju keamanan finansial. Pendekatan kami memanfaatkan sistem penjualan berbasis teknologi, pengalaman klien yang mulus, dan fokus pada literasi finansial untuk memberdayakan pemegang polis dan agen di pasar yang bergerak cepat,” ujar Jay Maska, CEO Nonstop Financial dan pemilik Family First Life, kepada CultureBanx.
Data LIMRA menunjukkan 52 % penduduk AS memiliki asuransi jiwa, tetapi penetrasi ini belum merata. Menariknya, kepemilikan di kalangan keluarga kulit hitam bahkan mencapai 56 %—tertinggi di antara semua kelompok ras—menunjukkan peluang besar bagi insurtech yang melayani segmen ini secara khusus (NBC News). Dengan premi murah—premi rata‑rata term life asuransi jiwa tetap jauh di bawah biaya asuransi properti atau kendaraan—insurtech membuka jalan bagi jutaan orang membangun aset warisan.
Industri Life Insurance & Annuities diprediksi tumbuh menjadi US$994,4 miliar pada 2025, menurut IBISWorld. Teknologi straight‑through processing di platform modern memungkinkan pengelolaan berbagai lini bisnis dalam satu sistem, memangkas biaya administrasi hingga 20–30 % (McKinsey). Selain efisiensi, sistem ini mempercepat waktu underwriting dan klaim, memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik dan meningkatkan retensi pelanggan.
“Banyak orang salah kaprah tentang peran asuransi jiwa dalam membangun kekayaan. Kami memecah mitos itu lewat edukasi, transparansi, dan alat modern, sehingga asuransi menjadi komponen esensial dalam kekayaan lintas generasi,” tambah Maska.
Nonstop Financial merekrut ratusan agen berusia di bawah 25 tahun, menyadari bahwa memulai perlindungan sejak muda memberikan premi lebih terjangkau dan jangka panjang yang optimal. Tren term life insurance juga naik drastis—total premi term life diperkirakan mencapai US$3 miliar pada akhir 2024 (LIMRA). Dengan agen yang memahami budaya dan nilai komunitas mereka, insurtech memaksimalkan inklusi finansial dan menciptakan model bisnis yang berkelanjutan.
Maska mengungkapkan bahwa timnya menulis hampir US$5 juta nilai polis setiap bulan dan menerbitkan lebih dari 4.000 polis baru per bulan, bukti nyata potensi pasar yang belum tergarap.
Perbedaan utama insurtech dan asuransi konvensional
- Model Pelayanan
Asuransi Konvensional mengandalkan jaringan kantor, agen, atau broker untuk penjualan dan layanan. Interaksi sering kali bersifat tatap muka, dengan proses pengajuan polis, klaim, dan administrasi dilakukan secara manual atau semi‑manual. Insurtech memanfaatkan platform digital—website, aplikasi mobile, chatbot, dan API—sebagai saluran utama. Hampir seluruh rangkaian proses (from quote to claim) otomatis, real‑time, dan dapat diakses 24/7.
- Teknologi dan Data
Konvensional menggunakan data historis yang relatif statis (usia, jenis kelamin, riwayat kesehatan) dan penilaian risiko dilakukan oleh underwriter manusia. Insurtech menggabungkan big data, machine learning, IoT (misalnya wearable device), dan telematika untuk memodelkan risiko secara dinamis, menyesuaikan premi, bahkan memprediksi klaim sebelum terjadi.
- User Experience
Konvensional cenderung memiliki proses yang lebih panjang: pengisian formulir fisik, tanda tangan basah, dan waktu tunggu verifikasi yang bisa berhari‑hari. Insurtech menawarkan pembelian polis dalam hitungan menit, e‑signature, dashboard digital untuk memantau status, serta notifikasi push/email otomatis untuk setiap langkah.
Keunggulan insurtech
- Kemudahan akses dan kecepatan: Pengguna dapat membeli polis dan mengajukan klaim kapan saja tanpa harus ke kantor fisik.
- Personalisasi produk: Premi dan manfaat bisa disesuaikan berdasarkan perilaku dan kebutuhan individu (pay‑as‑you‑drive, pay‑per‑use, micro‑insurance).
- Efisiensi biaya operasional: Automasi mengurangi beban administrasi, sehingga premi bisa lebih kompetitif.
- Transparansi dan pelaporan real‑time: Dashboard digital memberikan informasi lengkap—status polis, histori klaim, dan laporan keuangan—secara instan.
- Inovasi Layanan: Integrasi dengan ekosistem fintech, telehealth, hingga platform peer‑to‑peer risk sharing.
Kekurangan insurtech
- Keamanan dan privasi data: Pengumpulan data sensitif (kesehatan, lokasi) menuntut proteksi siber yang sangat kuat; risiko kebocoran atau penyalahgunaan.
- Keterbatasan sentuhan manusia: Bagi segmen pelanggan tertentu—lanjut usia atau yang kurang melek digital—kurangnya interaksi langsung dapat menurunkan kepercayaan.
- Regulasi dan kepatuhan: Regulasi asuransi di banyak negara masih mengacu pada model tradisional; insurtech harus menyesuaikan diri dengan kerangka hukum yang belum sepenuhnya matang.
- Ketergantungan teknologi: Gangguan sistem (downtime), masalah konektivitas, atau bug bisa menghambat layanan.
Keunggulan asuransi konvensional
- Jaringan luas dan kepercayaan merek: Kantor cabang dan agen fisik memberikan rasa aman dan reputasi yang sudah teruji.
- Pendampingan personal: Konsultasi tatap muka memudahkan penjelasan produk kompleks dan penanganan klaim yang sensitif.
- Stabilitas regulasi: Model bisnis dan prosedur sudah terstandar, meminimalkan risiko compliance.
Kekurangan asuransi konvensional
- Proses lambat dan birokrasi: Banyaknya tahapan manual memakan waktu dan biaya administrasi tinggi.
- Kurang fleksibel: Produk sulit diubah atau disesuaikan secara real‑time sesuai kebutuhan nasabah.
- Biaya premi lebih tinggi: Overhead operasional (gaji agen, kantor fisik) tercermin pada besaran premi.
Insurtech dan asuransi konvensional memiliki kelebihan dan tantangan masing‑masing. Insurtech unggul dalam hal kecepatan, efisiensi, dan personalisasi, tetapi harus memastikan keamanan data dan membangun kepercayaan digital. Sementara itu, asuransi konvensional menawarkan sentuhan manusia dan kestabilan regulasi, namun perlu berinovasi agar tidak tertinggal di era digital. Di masa depan, model hibrid—menggabungkan kekuatan teknologi dengan layanan personal—diperkirakan akan menjadi standar baru di industri asuransi. ■