Bitcoin tertahan di US$85.000, pertanda reli besar akan segera dimulai?

- 15 April 2025 - 15:38

Harga Bitcoin sempat memantul dari titik terendah US$75 ribu dan kini bertahan di kisaran US$85 ribu. Meskipun beberapa sentimen positif mulai mengalir, seperti pelonggaran tarif AS dan inflasi yang melandai, reli besar belum juga terjadi. Analis memprediksi dua arah pergerakan: menuju US$95 ribu jika tren menembus, atau turun kembali ke US$74 ribu jika tekanan kembali datang. Data ekonomi AS yang akan dirilis dalam pekan ini menjadi penentu arah pasar kripto selanjutnya.


Fokus utama:

  1. Bitcoin menunjukkan kestabilan harga meskipun belum mampu menembus batas tren sideways akibat minimnya dorongan dari faktor fundamental.
  2. Penantian data penjualan ritel dan suplai uang M2 akan menjadi indikator penting bagi investor dalam mengantisipasi potensi resesi dan inflasi.
  3. Reku mendorong investor baru untuk mengadopsi strategi dollar cost averaging (DCA) dengan dukungan fitur Packs dan Rebalancing untuk diversifikasi aset kripto.

Pasar kripto menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam sepekan terakhir, dengan Bitcoin berhasil kembali ke level US$85.000 setelah sempat tergelincir hingga US$75.000. Namun, reli besar yang dinanti investor belum juga terjadi, meski sejumlah sentimen positif mulai muncul di pasar global.

Pelonggaran kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap negara-negara yang tidak memberlakukan tarif balasan, serta data inflasi Consumer Price Index (CPI) bulan Maret yang lebih baik dari ekspektasi, belum cukup kuat untuk memicu lonjakan harga lebih lanjut. Meski begitu, dua faktor ini dianggap berkontribusi menjaga stabilitas harga Bitcoin dalam beberapa hari terakhir.

Fahmi Almuttaqin, Analis dari platform kripto Reku, mengatakan bahwa Bitcoin saat ini berada dalam fase krusial yang berpotensi menentukan arah tren selanjutnya. “Minggu ini Bitcoin kemungkinan masih akan mencoba menembus garis tren sideways yang apabila terjadi, berpotensi memicu kenaikan lanjutan ke level US$95 ribu,” ujarnya.

Namun, ia juga memperingatkan bahwa risiko koreksi masih terbuka lebar. “Potensi penurunan dari level yang ada saat ini hingga menyentuh area US$74 ribu cukup terbuka. Data penjualan ritel AS yang akan dirilis pada 16 April ini menjadi salah satu variabel yang cukup diantisipasi oleh para investor,” tambah Fahmi.

Data penjualan ritel tersebut akan menjadi indikator penting untuk mengukur tingkat kepercayaan konsumen di Amerika Serikat. Di tengah ketidakpastian arah kebijakan ekonomi dan ancaman resesi, data ini akan memberi gambaran lebih luas mengenai sentimen pasar dan kekuatan ekonomi riil.

Selain itu, perhatian investor juga tertuju pada data suplai uang beredar M2 yang akan diperbarui pada 22 April mendatang. “Saat ini, data M2 bulan Februari yang dirilis 25 Maret lalu berada di angka US$21.671 miliar — salah satu yang tertinggi sepanjang masa,” jelas Fahmi. Lonjakan suplai uang beredar berpotensi menjadi bahan bakar bagi pertumbuhan aset berisiko, termasuk kripto, jika kondisi ekonomi menjadi lebih stabil.

Sementara itu, indeks Dolar AS (DXY) terus melandai, kini berada di level terendah sejak April 2022. Melemahnya Dolar AS biasanya mendorong investor domestik untuk mencari alternatif investasi dengan potensi imbal hasil tinggi seperti Bitcoin dan altcoin. “Situasi seperti ini pernah menjadi pemicu reli besar pada akhir 2017,” tambah Fahmi, merujuk pada reli legendaris Bitcoin yang sempat menyentuh rekor saat itu.

Fahmi juga menekankan pentingnya sikap rasional dan strategi yang matang bagi investor, terutama yang baru memasuki pasar kripto. “Beberapa indikator menyatakan bahwa potensi pasar kripto masih cukup solid. Bahkan, potensi kembali terjadinya reli besar juga cukup terbuka,” ujarnya.

Ia merekomendasikan strategi dollar cost averaging (DCA), yakni mengakumulasi aset secara berkala, misalnya sebulan sekali, untuk mengurangi risiko volatilitas. “Investor dapat memanfaatkan sumber informasi akurat seperti Learning Hub di Reku yang tersedia di aplikasi dan website,” ujarnya.

Lebih lanjut, Reku menghadirkan fitur Packs yang memungkinkan investor berinvestasi pada aset kripto unggulan dalam satu kali transaksi. Fitur ini dilengkapi dengan sistem Rebalancing otomatis yang menyesuaikan alokasi aset sesuai kondisi pasar. “Dengan begitu, strategi DCA yang dilakukan bisa menjadi lebih mudah, praktis, dan optimal,” tutup Fahmi. ■

Comments are closed.