BlackRock beli Bitcoin US$66 juta saat pasar ambruk, apa pertimbangannya?

- 7 April 2025 - 11:00

Di tengah kepanikan pasar global akibat kebijakan tarif baru dari Presiden Donald Trump dan respons keras dari China, BlackRock justru mengambil langkah tak terduga dengan membeli Bitcoin senilai US$66 juta. Keputusan ini mempertegas keyakinan manajer aset terbesar dunia terhadap masa depan aset kripto, bahkan saat pasar keuangan global terguncang.


Fokus utama:

  1. Aksi beli besar BlackRock atas Bitcoin di tengah gejolak pasar saham global.
  2. Dampak perang tarif antara AS dan China terhadap indeks saham utama.
  3. Relevansi strategi investasi BlackRock dalam memperkuat posisi kripto di tengah ketidakpastian global.

Ketika investor global panik akibat jatuhnya pasar saham, BlackRock justru mengambil langkah berani. Pada 4 April 2025, manajer aset terbesar dunia itu membeli Bitcoin senilai US$66 juta—langkah yang mengejutkan banyak pihak di tengah tekanan ekonomi akibat eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

Pasar saham global tengah berdarah-darah sejak Presiden Donald Trump pada 2 April mengumumkan kebijakan “reciprocal tariffs” yang ia sebut sebagai “Hari Pembebasan.” Pemerintah China langsung membalas pada 4 April dengan mengenakan tarif 34% terhadap berbagai produk impor dari AS. Hasilnya, indeks-indeks utama di Wall Street jatuh drastis: S&P 500 turun 4,61% ke 5.147,51, Dow Jones terkoreksi 3,95% ke 38.944,31, dan Nasdaq anjlok 4,79% ke 15.757,01.

Saham BlackRock (BLK) pun tak luput dari tekanan. Pada saat berita ini ditulis, harga sahamnya merosot 6% ke level US$833,61—turun sekitar 13% sejak 2 April. Namun, alih-alih menahan likuiditas atau mengurangi eksposur aset berisiko, perusahaan justru menggandakan investasinya pada Bitcoin.

Menurut data on-chain dari platform Arkham, BlackRock mengeksekusi pembelian Bitcoin senilai US$66 juta pada hari itu. Langkah ini mempertegas posisi perusahaan terhadap kripto, yang sejak Januari 2024 telah mereka masuki melalui peluncuran spot Bitcoin ETF di AS. ETF ini memungkinkan investor mengakses Bitcoin tanpa harus membeli dan menyimpan aset digital tersebut secara langsung.

Keputusan BlackRock ini bukan muncul secara tiba-tiba. Sehari sebelumnya, pada 1 April, perwakilan BlackRock diketahui telah melakukan pertemuan dengan tim gugus tugas kripto dari Securities and Exchange Commission (SEC) untuk membahas potensi produk kripto lainnya di masa depan.

Hingga 3 April, spot Bitcoin ETF BlackRock—iShares Bitcoin Trust (IBIT)—telah mengelola aset senilai lebih dari US$47 miliar, menurut data SoSoValue. Ini menjadikannya salah satu produk kripto dengan kapitalisasi terbesar di pasar Amerika Serikat saat ini.

Langkah agresif BlackRock bisa dilihat sebagai bentuk keyakinan jangka panjang terhadap Bitcoin sebagai alat diversifikasi portofolio, bahkan saat ketidakpastian geopolitik dan ekonomi melanda. Di saat banyak pelaku pasar menarik diri dari aset berisiko, BlackRock justru menambah eksposur pada instrumen yang selama ini dikenal volatil namun memiliki potensi pertumbuhan tinggi.

Sebagian analis melihat langkah ini sebagai bentuk positioning strategis untuk mengantisipasi pergeseran pasar keuangan global menuju digitalisasi aset. Namun, ada pula yang menilai keputusan tersebut sebagai spekulasi berisiko di tengah gejolak pasar yang belum menunjukkan tanda pemulihan.

Terlepas dari itu, investasi BlackRock di Bitcoin mengirim pesan kuat: kripto bukan lagi sekadar eksperimen pinggiran, melainkan bagian dari arsitektur keuangan global yang sedang bertransformasi. ■

Comments are closed.