Bitcoin tertahan di US$87.000: Wall Street merah, pasar menanti data inflasi PCE AS

- 27 Maret 2025 - 17:46

Pasar keuangan global tengah menantikan rilis data inflasi Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE) Amerika Serikat pada 28 Maret 2025. Data ini menjadi penentu arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang berpotensi mengguncang pasar saham dan kripto. Jika inflasi PCE lebih rendah dari ekspektasi, aset berisiko seperti Bitcoin dan saham AS berpeluang menguat. Namun, jika inflasi tetap tinggi, The Fed kemungkinan menunda pemangkasan suku bunga, yang dapat memperburuk tekanan di pasar. Saat ini, Bitcoin masih bertahan di level US$87.000, sementara Wall Street ditutup melemah di tengah kebijakan tarif impor mobil AS yang akan diumumkan Presiden Donald Trump.


Fokus utama:

  1. Inflasi PCE diperkirakan naik 2,5% YoY, sementara inflasi PCE inti naik ke 2,7%. The Fed menjadikan PCE sebagai acuan utama kebijakan suku bunga, yang berarti inflasi tinggi dapat menunda pemangkasan suku bunga.
  2. Bitcoin masih bertahan di US$87.000, sementara Nasdaq anjlok lebih dari 2%, dipicu oleh penurunan saham teknologi seperti Nvidia dan Tesla. Indeks Dolar AS (DXY) terus menguat ke 105, memberikan tekanan pada aset berisiko.
  3. ETF Bitcoin mencatat net inflow hampir US$1 miliar dalam delapan hari berturut-turut, sementara ETF Ethereum masih mengalami outflow.

Investor global saat ini menanti laporan inflasi Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Amerika Serikat untuk Februari 2025 yang akan dirilis pada 28 Maret. Data ini menjadi kunci bagi kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) dan dapat menentukan arah pergerakan pasar saham serta aset kripto.

Menurut proyeksi para ekonom, inflasi PCE tahunan diperkirakan tetap di 2,5%, tidak berubah dari Januari, sementara inflasi PCE inti (yang tidak memasukkan harga makanan dan energi) diperkirakan naik menjadi 2,7% dari 2,6% di bulan sebelumnya. Data ini berlawanan dengan tren Indeks Harga Konsumen (CPI) yang justru menunjukkan pelonggaran inflasi dalam beberapa bulan terakhir.

Bank sentral AS menjadikan PCE sebagai indikator utama dalam menentukan arah suku bunga. Jika angka inflasi ini tetap tinggi, The Fed kemungkinan besar akan kembali menunda pemangkasan suku bunga yang sudah lama dinantikan pasar.

“Jika inflasi PCE lebih tinggi dari ekspektasi, maka dolar AS bisa semakin menguat, memberikan tekanan pada Bitcoin dan saham,” kata Fahmi Almuttaqin, analis dari Reku.

Pasar saham AS merespons dengan pesimisme menjelang rilis data ini. Pada penutupan perdagangan Rabu (26/3), indeks S&P 500 turun lebih dari 1,1%, Dow Jones Industrial Average (DJI) melemah sekitar 0,4%, sementara Nasdaq Composite yang didominasi saham teknologi merosot lebih dari 2%. Saham-saham raksasa seperti Nvidia dan Tesla mengalami koreksi lebih dari 5%.

Sementara itu, Bitcoin masih bertahan di level US$87.000, menunjukkan ketahanan meskipun ada tekanan dari penguatan dolar AS dan ketidakpastian kebijakan moneter. Indeks Dolar AS (DXY) terus naik selama empat hari berturut-turut, menyentuh level 105 – tertinggi dalam tiga minggu terakhir.

“Penguatan dolar AS yang terus berlanjut bisa membebani Bitcoin dan saham AS, terutama jika data PCE menunjukkan inflasi yang tetap tinggi,” lanjut Fahmi.

Di tengah ketidakpastian makroekonomi, investor tradisional AS masih menunjukkan kepercayaan terhadap Bitcoin. ETF Bitcoin spot mencatat net inflow hampir US$1 miliar dalam delapan hari berturut-turut, menandakan meningkatnya minat institusional terhadap aset kripto ini.

Sebaliknya, ETF Ethereum masih mengalami arus keluar selama sembilan hari berturut-turut, mengindikasikan bahwa investor lebih memilih Bitcoin sebagai aset lindung nilai (hedge) terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

“Hal ini menunjukkan preferensi investor terhadap Bitcoin, terutama setelah adanya keputusan pemerintah AS terkait Bitcoin Strategic Reserve, yang semakin meningkatkan legitimasi aset kripto ini di pasar modal AS,” tambah Fahmi.

Meskipun ketidakpastian masih tinggi, investor dengan profil agresif bisa melihat peluang dalam volatilitas pasar. Jika data inflasi PCE yang dirilis lebih rendah dari ekspektasi, pasar kripto dan saham bisa mengalami reli signifikan.

“Investor yang berspekulasi bisa memanfaatkan koreksi harga saat ini untuk membeli aset dengan harapan inflasi PCE lebih rendah dari perkiraan, yang dapat mendorong harga Bitcoin kembali ke US$90.000,” kata Fahmi.

Bagi investor yang lebih fokus pada fundamental, diversifikasi aset bisa menjadi strategi yang lebih aman. Reku menawarkan fitur Packs yang memungkinkan investasi dalam berbagai aset kripto blue-chip dan ETF terbaik dalam satu transaksi, dilengkapi dengan sistem rebalancing otomatis untuk menyesuaikan portofolio sesuai kondisi pasar.

Pasar sedang memasuki fase krusial menjelang rilis data inflasi PCE AS. Jika angka inflasi lebih tinggi dari ekspektasi, The Fed kemungkinan akan menunda pemangkasan suku bunga, yang dapat menekan pasar saham dan kripto lebih lanjut. Namun, jika inflasi mereda, aset berisiko seperti Bitcoin dan saham bisa mengalami reli. Di tengah ketidakpastian ini, investor perlu menentukan strategi yang tepat, apakah bersikap defensif atau mengambil risiko untuk memanfaatkan momentum. ■

Comments are closed.