
Keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,50% pada Januari 2025 memicu reaksi beragam di pasar keuangan. Bitcoin sempat turun ke US$101.800 sebelum pulih, sementara indeks saham AS seperti S&P 500 dan Nasdaq juga mengalami fluktuasi. Pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menegaskan tidak ada rencana kenaikan suku bunga dalam waktu dekat, membantu meredakan kekhawatiran investor.
Poin utama:
- The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,50% pada Januari 2025, sesuai dengan ekspektasi pasar.
- Bitcoin turun ke US$101.800 setelah pengumuman tersebut sebelum pulih, sementara indeks saham AS seperti S&P 500 dan Nasdaq juga menunjukkan pemulihan setelah pernyataan Powell.
- Investor tetap waspada terhadap potensi risiko jika The Fed menaikkan suku bunga di masa depan, yang dapat menyebabkan peralihan investasi ke aset berisiko rendah seperti dolar AS dan obligasi pemerintah.
Pada 31 Januari 2025, Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,50%. Keputusan ini sejalan dengan prediksi para analis, terutama mengingat data Indeks Harga Konsumen (CPI) Desember yang menunjukkan kenaikan inflasi signifikan.
Setelah pengumuman tersebut, Bitcoin mengalami penurunan ke level US$101.800. Namun, selama konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, yang membantu memulihkan kepercayaan pasar. Akibatnya, Bitcoin berhasil pulih dan diperdagangkan di atas US$103.000.
Pasar saham AS juga menunjukkan dinamika serupa. Indeks S&P 500 dan Nasdaq awalnya melemah setelah pengumuman The Fed, namun berhasil pulih setelah pernyataan Powell. Hal ini mencerminkan sensitivitas pasar terhadap kebijakan moneter AS dan pentingnya komunikasi yang jelas dari otoritas moneter.
Analis dari Reku, Fahmi Almuttaqin, menyoroti bahwa reaksi pasar ini menunjukkan tingginya sensitivitas terhadap sentimen makroekonomi AS. “Hal ini mensinyalir tingginya kekhawatiran investor terhadap potensi risiko ke depan yang mungkin dapat terjadi jika The Fed mulai kembali menaikkan suku bunga guna menekan inflasi,” ujar Fahmi.
Ia menambahkan bahwa risiko tersebut termasuk potensi peralihan dana investasi dalam jumlah besar kembali ke instrumen berisiko rendah seperti dolar dan obligasi pemerintah AS dari pasar saham dan kripto.
Selain itu, peluncuran teknologi AI oleh startup China, DeepSeek, menambah kekhawatiran di pasar teknologi. DeepSeek mengumumkan model AI yang lebih murah, yang memicu aksi jual di saham-saham teknologi dan berdampak pada pasar kripto. Meskipun tidak terkait langsung dengan Bitcoin, sentimen negatif ini mempengaruhi harga Bitcoin, yang sempat turun di bawah US$100.000 sebelum akhirnya pulih.
Namun, pemulihan harga Bitcoin ke level di atas US$103.000 selama konferensi pers Powell menunjukkan ketahanan aset kripto ini serta relevansinya sebagai indikator kepercayaan pasar. Data dari Coinglass menunjukkan aliran dana masuk neto ETF Bitcoin spot pada 30 Januari mencapai US$266,6 juta, menandakan kepercayaan investor yang masih tinggi meskipun ada dinamika pasar.
Inflasi yang tinggi dan sikap hati-hati The Fed menunjukkan bahwa suku bunga mungkin tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama. Situasi ini dapat memberikan tekanan pada aset berisiko seperti saham dan kripto. Namun, para pelaku pasar tampaknya telah mempertimbangkan kemungkinan tersebut dalam pengambilan keputusan mereka, terutama setelah pertemuan FOMC bulan lalu yang menyatakan hanya akan melakukan pemangkasan suku bunga sekitar dua kali di tahun ini.
Dengan demikian, kemampuan Bitcoin untuk bertahan di atas US$100.000 menunjukkan kekuatan aset tersebut yang semakin solid. Hal ini mungkin disebabkan oleh semakin banyaknya investor institusional dan ritel yang memandang Bitcoin sebagai instrumen lindung nilai terhadap penurunan nilai mata uang fiat dan ketidakpastian ekonomi.
Di tengah dinamika ini, penting bagi investor untuk memiliki portofolio yang seimbang sesuai dengan preferensi dan strategi investasi mereka. “Semakin tingginya ketidakpastian pasar membuat investor perlu mengantisipasi lebih banyak kemungkinan ke depan yang bisa terjadi. Diversifikasi lintas sektor dengan mengkombinasikan beberapa instrumen seperti stablecoin, saham AS, serta Bitcoin dan altcoin, menjadi salah satu opsi yang menarik,” ujar Fahmi.
Bagi investor kripto yang mengutamakan fundamental suatu aset, investasi di aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar bisa menjadi pilihan. Misalnya, melalui fitur Packs di Reku, investor dapat berinvestasi pada berbagai kripto blue chip dalam sekali transaksi untuk memudahkan diversifikasi.
Selain itu, investor juga dapat mengoptimalkan potensi bullish saham AS melalui fitur Insights yang merangkum informasi dengan berbagai metodologi dan teknik analisis yang mudah dipahami dalam satu skor untuk memudahkan pengambilan keputusan.
Dalam fitur Insights, investor dapat dengan mudah mengetahui pemberitaan di media massa dan perbincangan di media sosial, serta menerima notifikasi ketika suatu perusahaan saham AS tiba-tiba viral di Buzz Score. Investor juga bisa memantau status harga saham AS yang sedang diskon di Valuation Score serta mengidentifikasi perusahaan dengan fundamental yang kuat dan performa positif di Quality Score. ■
Ilustrasi: techcentral.com