Pasar kripto dan saham AS kompak menghijau, imbas inflasi yang mereda

- 16 Januari 2025 - 14:31

Data inflasi inti AS menunjukkan perlambatan kenaikan, memicu optimisme di pasar saham dan kripto. Bitcoin mencetak rekor menembus US$100 ribu, sementara indeks saham utama AS seperti Nasdaq dan S&P 500 turut menguat. Namun, para ahli memperingatkan potensi tantangan dari kebijakan ekonomi Presiden terpilih Donald Trump dan ketidakpastian arah suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Pasar keuangan global menyambut awal tahun 2025 dengan optimisme setelah data inflasi inti AS menunjukkan perlambatan kenaikan. Inflasi inti pada Desember hanya naik 0,2%, lebih rendah dibandingkan 0,3% selama empat bulan sebelumnya. Perubahan ini memberi harapan bahwa The Fed dapat mencapai target inflasi 2% lebih cepat dari perkiraan.

Sebagai respons, pasar saham dan kripto kompak menghijau. Nasdaq Composite melonjak 2,17%, S&P 500 naik 1,62%, dan Dow Jones Industrial Average bertambah 1,5%. Saham-saham teknologi seperti Tesla (5,76%) dan Meta Platforms (4,76%) menjadi pendorong utama. Di sektor perbankan, Citigroup dan Wells Fargo sama-sama mencatatkan kenaikan 6,1%.

Di sisi lain, Bitcoin mencatat tonggak sejarah baru dengan menembus level US$100 ribu, didukung lonjakan aset kripto lainnya seperti Ethereum, XRP, SOL, dan XLM.

Perlambatan inflasi

Data inflasi yang dirilis pada Kamis malam (15/1) menjadi fokus utama pasar. Indeks Harga Konsumen (CPI) Desember mencatat kenaikan bulanan 0,4%, didorong kenaikan harga energi yang menyumbang lebih dari 40% inflasi. Namun, inflasi inti yang lebih stabil memunculkan harapan kebijakan moneter yang lebih longgar.

Fahmi Almuttaqin, analis dari Reku, menyatakan bahwa perlambatan ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed mungkin menurunkan suku bunga lebih lanjut dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) akhir bulan ini. “Penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin sangat memungkinkan, meski ada ketidakpastian kebijakan di bulan-bulan berikutnya,” ujarnya.

Namun, beberapa analis memperingatkan bahwa kebijakan proteksionis dan pemangkasan pajak yang direncanakan oleh Presiden terpilih Donald Trump bisa memperburuk inflasi melalui kenaikan biaya produksi dan gangguan rantai pasok.

Momentum bullish ini menciptakan peluang besar bagi investor, namun kehati-hatian tetap diperlukan. “Investor harus memanfaatkan fitur analisis seperti Insights di Reku untuk memonitor performa aset dengan lebih efisien,” jelas Fahmi.

Fitur seperti Buzz Score membantu investor mengidentifikasi saham yang tengah viral, sementara Valuation Score dan Quality Score memudahkan investor dalam memilih aset undervalued dengan fundamental kuat.

Untuk pasar kripto, fitur Packs memungkinkan diversifikasi aset blue chip dalam satu langkah sederhana, menawarkan kenyamanan sekaligus potensi pengembalian tinggi. ■

Comments are closed.